Setiap Malam Angkasa
"Yah, coba ceritakan lagi, seperti apa wajah anak kita?" Sekar berkata lembut setelah aku meletakkan Angkasa di tempat tidurnya di sebelah ranjang kami. Sambil menahan isakan tangis, aku menjawab, "oh, sebentar ya, aku ambil dulu anaknya biar kamu gendong sambil aku cerita" sambil beranjak ke arah pintu kamar dan meneteskan air dari mataku tanpa suara. Ingatanku kembali ke dini hari saat Angkasa hendak keluar dari tempat bersemayamnya di rahim istriku. Dokter sudah mengingatkanku berbagai resikonya jika Sekar tetap melahirkan dengan proses normal. Aku sendiri ragu, dan sempat berpikir mau menerima pinjaman uang Pamanku untuk operasi caesar. Namun Sekar meyakinkanku lagi, bahwasanya jika Bumi bisa lahir dengan normal dan sempurna, maka adiknya pun pasti bisa. Dengan bekal keyakinan berpasangan, akhirnya Angkasa lahir pukul 7 pagi, dan meninggalkan tangisannya mengiringi terpejamnya mata ibunya. Selama beberapa jam Sekar tidak sadarkan diri, dan saat ia buka lagi ...