Monday 29 June 2009

sebuah lemparan ke pinggir lapangan

Lagi lagi sore mendung yang tidak kunjung berhujan,
aku menghadiri pertandingan persahabatan antara sekolahku dengan sekolah pacarku.
para pemain terlihat sedang melakukan pemanasan dan beberapa menyusun strategi.
Aku terpaku memegang segelas minuman bersoda di tangan kananku.
Sedikit kulirik arloji di tangan kiriku dan secara tidak sengaja, luka di pergelangan tangan bagian dalamnya ikut terlihat.
Aku meringis perih dan membelokkan rasa sakit itu dengan memilih tempat duduk paling pojok.


Di sudut lapangan aku melihat pacarku berdiri gagah dengan seragam timnya, sedang melakukan pemanasan. Tiba-tiba sebuah tangan hinggap di pundak kananku dan ketika aku menoleh, sosok hangat Randy muncul. Ia tersenyum khas dan mengisyaratkan ingin duduk di sisiku. Aku tidak menjawab kembali memusatkan perhatianku ke arah lapangan, kembali tersenyum pada pacarku.


Randy: Udah berapa lama kita putus?
Aku: Lupa, mungkin 5 bulan yang lalu?
Randy: Enam tauk, kamu pelupa ah..
Aku: Kenapa harus diinget2? yang udah lalu yaudah..
Randy: Sejak kapan kamu minum soda dan suka nonton basket?
Aku: Sejak kita putus. Ngapain lo disini?
Randy: Aku mau nonton lah. Apa lagi?
Aku: Oh…


Sejenak aku terenyuh dengan kehadirannya. Randy masih sama seperti dulu, dengan celana panjang lusuh dan tas ransel yang berisikan stick drum. Senyumnya khas dan menghangatkan, selalu begitu. Ketika gundahpun ia tetap tersenyum. Mungkin hanya aku yang bisa membedakan tiap senyumannya; sedih senang gundah curiga khawatir dan cemburu. Terakhir kali kami duduk berdampingan seperti sore ini adalah delapan bulan lalu, saat band-nya menjadi pembuka permainan basket nasional di Kuala Lumpur. Bunyi peluit tanda dimulainya pertandingan berbarengan dengan seruan Randy.


Randy: Aku tau apa yang kamu pikirin!! Berapa tinggi ring basket itu kan? Kamu kan suka mikir yang orang lain gak pikir!!
Aku: Enggak. Gue lagi fokus nonton pacar gue.
Randy: Sejak kapan kamu fokus nonton pacar kamu beraksi?
Aku: Sejak kita putus. Kenapa masih mikir gue seperti yang dulu?
Randy: Karena aku tau kamu masih sayang aku. Mata kamu ke arah dia, tapi pikiran dan hati kamu lagi fokus sama aku dan ini….


Dia mengeluarkan satu cup kecil ice cream dari tasnya. Aku melirik es krim itu, mengambilnya lalu meletakkannya di sebelah minuman soda di kiriku. Selanjutnya aku menatap dia dalam selama tiga detik, ia pun menyambut tatapanku dengan serentetan kata yang sudah lama tidak kudengar, sudah lama ingin kulupakan, sudah lama kurindukan.


Setiap aku liat kamu pulang sekolah, kamu selalu duduk di kursi yang sama waktu kamu nunggu aku di halte depan pasar. Setiap kamu sampe pager rumah, kamu selalu nunggu seolah aku akan bukain pager itu buat kamu. Setiap kamu mau tidur, kamu mainin lagu yang sama dengan gitar kamu: Bizzare Love Triangle, which is lagu yang aku nyanyiin di depan rumahmu waktu aku nembak kamu. Setiap kamu bangun pagi, kamu selalu tekan speed dial 3 di hp-mu untuk ngecek apa aku udah bangun. Setiap kamu selesai sarapan, kamu berharap ada klakson mobil atau motorku yang jemput kamu. Setiap musim ujian, kamu selalu berpikir untuk kirim e-mail ke aku, nanyain beberapa materi dan teori. Setiap kamu liat pacar kamu, kamu selalu berharap dia jago main piano, bukan basket. Setiap kamu…….” Aku mendengar suara peluit dari lapangan dan dengan cepat kulirik skor akhir.


Randy, aku pergi yah, pacarku udah selesai main. Aku harus kasih dia selamat, dia menang. Dan kalo kamu sadar, dari tadi mataku liat kamu, telingaku denger kamu, tapi otakku ada pada permainan pacarku.. I’m not that into you, anymore.. See ya..

Randy tersenyum puas sambil berkata,
Dan setiap kamu coba untuk ngelupain aku, kamu akan selalu teringat tentang aku..
Ia mengangkat jari telunjuk tangan kanannya,
karena ini kamu…..” ia berhenti sejenak memperhatikan mataku yang jelas sedang menatap tangan kanannya yang kuduga akan mengangkat jari tengahnya, tapi ternyata,
dan ini aku…..” ia mengangkat jari telunjuk tangan kirinya,
kita ada di dua sisi yang berbeda, tapi kita sebenernya sama..” ia menempelkan kedua telunjuknya tepat di depan mataku sambil tersenyum rindu.


Aku beranjak dengan harapan bisa mengubur setiap cup es krim di laci kamarku,
juga bisa melupakan kord gitar lagu Bizzare Love Triangle,
juga menepis senyuman sejuta makna milik Randy,
juga meninggalkan kebiasaan merengek sepulang sekolah,
juga membuang setiap detik masa lalu yang tersimpan di otakku,
juga memulai mengonsumsi banyak soda dan sea food,
juga mengacuhkan tiap suara klakson di depan rumahku,
juga membakar setiap mawar layu di belakang pintu kamar mandiku,
juga melukai tanganku lebih dalam agar tak lagi dapat menulis tentang Randy,
juga melenyapkan setiap detail apapun yang mengingatkanku pada Randy.
Hingga…..


Setiap kamu melangkah, aku ada di samping kamu, kamu kadang nggak tau..
Randy mengucapkan kalimat terakhir tepat di tengkukku
dan aku sangat yakin bahwa aku tidak akan dapat melupakannya,
kecuali kugores habis seluruh permukaan leherku.

Tuesday 23 June 2009

Your Fault.

Jakarta, 24 Juni 2009

Dear Tunangan Paksaku,

Kemarin sore,
aku membulatkan tekad untuk menerima lamaranmu,
meskipun aku tak cinta sama sekali padamu,
tapi aku ingin membahagiakan orang tuaku dengan menikah denganmu.
Aku mempersiapkan segalanya, dari kata-kata,
pakaian hingga mimik wajah yang akan kutunjukkan padamu, agar terlihat tulus.
Aku membayangkan kau tersenyum mendengar pernyataanku.

Selama ini kau bilang aku "berbeda" dan aku pantas ditunggu.
Aku selalu tertawa dalam hati mendengarnya.
Kau berhasil membuatku merasa berharga, dan begitu bernilai untuk dimiliki.
Aku tetap tidak cinta padamu. Bila ada beberapa bongkah biskuit dalam mobilmu, bukan karena aku sengaja meletakkannya untuk kau makan, tapi semata-mata memang karena itu yang bisa aku makan di mobilmu yang penuh jaket usang dan senar gitar.
Aku tidak pernah cinta padamu, sungguh, aku hanya sedikit peduli karena kurasa kau punya perasaan.

Sebuah ungkapan yang takkan kuucapkan padamu adalah "aku menerimamu", tapi sore itu, aku seperti lelah dengan airmata semua orang dan keluhan tetanggaku.
Sore itu, aku sangat siap, sekedar menampilkan senyum terbaikku untuk mengungkapkan "aku mau" dalam versimu.

Sore itu, saat hatiku telah menguat,
tanganku telah mengepal lembut,
aku menemuimu di taman kota,
seperti biasa dengan kebisingannya.
Di bawah sebuah pohon, yang kurasa tempat yang tepat untuk berbicara denganmu.
Aku melihatmu bercinta dengan ibuku.

Terekam di otakku bagaimana posisi kalian membuatku muak.
Terekam di otakku bagaimana kau membuatku muak.
Terekam di otakku bagaimana kau menunjukkan kebencian melalui wajahmu.
Terekam di otakku bagaimana kau akan membunuhku suatu hari.
Terekam di otakku betapa ucapanmu padaku hanya di mulut saja.
Terekam di otakku bagaimana kau telah menghancurkan 18.000 mili sel darahku.
Terekam di otakku bagaimana kau akan menudingku dari belakang saat kau berbicara dengan kawanmu.
Terekam di otakku segalanya yang kau lakukan sore itu.


Dalam hatiku menangis, lalu kuurungkan niatku.
Meskipun pada malam harinya kau tersendu menemuiku,
tidak menyatakan penyesalan,
hanya sebuah ungkapan rindu dan berbagai pertanyaan yang dengan mudah akan kujawab dengan,
"kau bercinta dengan ibuku"



Salam,




Tunangan Terpaksamu.

Friday 19 June 2009

Sebuah Lagu dan Seputar Eskrim

The smell of your skin lingers on me now
You're probably on your flight back to your home town
I need some shelter of my own protection baby
To be with myself and center, clarity
Peace, Serenity


I hope you know, I hope you know
That this has nothing to do with you
It's personal, myself and I
We've got some straightenin' out to do
And I'm gonna miss you like a child misses their blanket
But I've got to get a move on with my life
It's time to be a big girl now
And big girls don't cry
Don't cry
Don't cry

Don't cry

The path that I'm walking
I must go alone
I must take the baby steps 'til I'm full grown, full grown
Fairytales don't always have a happy ending, do they?
And I foresee the dark ahead if I stay


Like the little school mate in the school yard
We'll play jacks and uno cards
I'll be your best friend and you'll be my Valentine
Yes you can hold my hand if you want to
'Cause I want to hold yours too
We'll be playmates and lovers and share our secret worlds
But it's time for me to go home
It's getting late, dark outside
I need to be with myself and center, clarity
Peace, Serenity




Adalah sebuah sore yang menurut gue sangat tidak menarik,
sangat membosankan dan ingin sekali gue hindari,
that was nothing and really useless



Adalah sebuah siang yang sangat menyengat da nmenyebalkan,

gue harus berkutat dengan emosi dan ancaman dehidrasi,
that was awful to know that nothing in this world might always go our way


Adalah sebuah pagi yang menyebalkan dan bengis buat gue,
saat dimana gue biasa bercumbu dengan aroma embun, gue membanting keras kepala gue ke air,
that was cruel to soak my brain into something deadly new and strange



Sebuah malam tentang perjalanan secarik perban dan setetes darah.
Bertengkar dengan indah di bawah cahaya rembulan, indahnya.




*hihiihih..najis, najis!!

Wednesday 17 June 2009

morning call (s)

The first thing that crossed my mind was "What day is it?" umm, I was taking about 5 seconds to move forward to reach out my blanket.
It's Wednesday
and I still had to pick my phones to make a morning call.
Two morning calls actually, no, three they were. Long, and useless. Why would people type a message to someone else? I mean, what if the text weren't so much meaningful? I then just closed my eyes tighter and tighter til I can see what's under my brain.
It was just an imagination of me having an imagination. I feel so numb til I can not make any. silly me. Being so busy is amazing, being senseless too. Neither me and my imagination were awake until the sound of music came.

"Dear God, another exam that I have to pass.. Please guide me"
I re-open my eyes, re-open my pants. Shit, that awakening sound of music.

"Is it tomorrow that my luck will come? More bad phrases in my mouth"
I was thinking that tomorrow would be today (Wednesday) when I had to report to several people. about nothingness in my days. great to amaze them with nothing. Another sound of music but louder volume.

"Feel the pain through the pain.. Heard your heart hurt because of the pain"
I laughed, no, it was a giggle. I love how the towel sounded when it fell to the water. Silent and wet. Just like my pain in my brain. FYI, I've moved my brain to my knee,no,to my vee. oh, now I'm laughing, so loud.. =)) What today will bring? nothing, like yesterday? something, like tomorrow? anything, like I'm gonna be satisfied?











*Now I feel what you felt when you felt like you want to talk
but I didnot feel what you felt so we finally do not talk.

Tuesday 16 June 2009

banci kaleng 2009

Aku sedang menelusuri trotoar bergaya '98 di Jalan Sudirman
sedikit bersiul mendendangkan lagu berjudul "Stupido Ritmo"
Itu adalah sore yang ke sekian aku melewati trotoar sempit itu.
Dari jauh terlihat sesosok pria tua, pengemis nampaknya, dengan pose standar.
Semua terlihat normal, pakaiannya compang-camping,
tbuhnya kurus, ia terlihat sangat lusuh dan bisa kupastikan,
trotoar ini adalah rumahnya.
Sisa bungkus nasi terlihat berserakan di belakangnya. Terdapat sekotak kardus mini di pangkuannya.

Yang aneh adalah, setiap orang yang lewat dan ingin bersedekah, mereka melempar uang mereka.
Tidak sopan sekali menurutku, namun pengemis itu terlihat baik-baik saja dengan perlakuan mereka.
Hingga sampai pada langkahku mendekatinya, aku masih melihat dua gadis kecil lewat di depannya sambil
melempar uang logam ke hadapan sang pengemis.

Kebetulan aku menemukan selembar uang kecil di sakuku lalu kuletakkan dengan sopan di pangkuan pengemis itu.
Tiba-tiba ia menghardikku dengan suara yang sangat keras. Ia berteriak hingga setiap orang dalam radius 100 meter
mendengar teriakannya padaku. Ia melanjutkan amarahnya dengan memakiku. Sendi-sendiku mendadak kaku.
Urat di belakang telingaku mendadak tegang dan aku berada pada 'state of steady' sama sekali.
Menurutnya, aku sangat tidak sopan padanya. Ia terus berbicara (dengan emosi) dengan nada tinggi dan beberapa kata kasar.
Aku tertunduk mendengarnya, tidak menangis namun tidak juga ia berani menatap sang pengemis.

dari posisi duduknya, sang pengemis lama-lama berdiri dan aku kemudian menyadari bahwa tingginya melebihi tinggiku.
Ia memang sangat tua namun masih terhitung sehat, kedua lengannya tak terlihat namun kakinya kokoh menopang tubuhnya yang bungkuk.
Ia terus mengomel dan terkadang menunjuk-nunjuk wajahku.
Berangsur-angsur ia merendahkan suaranya dan aku menangkap bahwa etika bersedekah yang benar adalah dengan melempar uang ke hadapannya.
Ia terbiasa mengambil uang yang berserakan di sekitarnya agar orang tidak perlu repot menghampirinya,
ia juga melakukan itu agar tidak terkesan seperti pengemis.
Hal lain yang kutangkap adalah ia tidak mau dilihat terhina dan orang lain merasa kasihan padanya.
Setelah kurang lebih 15 menit aku diam menunduk di depannya, aku berkata lirih padanya,
"PENGEMIS GENGSIAN YAH??"

Dia kemudian menangis hingga tersungkur.
"Kalo bukan harga diri, apalagi yang aku punya?"
Aku berjongkok mendekatinya, aku menatap lekat-lekat wajahnya yang penuh kerut.
Ia menatapku kembali, tatapannya seperti tatapan rindu pada seorang cucu.
Aku pun teringat dengan kakekku. Kami terus berhadapan hingga akhirnya kami sama-sama menangis.

Tak lama, aku sadar di sekeliling kami telah ramai orang melihat kami.

Kuperhatikan satu demi satu wajah itu,
ada yang menghina,
ada yang tertawa geli,
ada yang iba,
ada yang acuh,
ada yang marah,
ada yang tersenyum puas,
ada yang terharu,
ada yang kaget.

Aku tersentak dan segera bangkit, menghapus air mata,
lalu melangkah agak cepat untuk pulang.
Aku tidak mau pulang terlambat,
karena Ibuku bisa dua kali lebih marah dari pengemis tadi bila aku telat sampai di rumah.


*SEBUAH PERJALANAN HATI, ANTARA RUMAH DAN DISKOTIK.

Saturday 13 June 2009

Dan Saya

Dan saya baru saja menyadari sebuah teka-teki kehidupan.
Dan saya baru tahu bahwa setiap wanita adalah indah.
Dan saya baru tahu bahwa setiap pria adalah perkasa.
Dan saya baru menyelesaikan banyak masalah dalam minggu ini.
Dan saya sedang bersiap menghadapi hari ini.
Dan saya baru saja meneguk sedikit minuman yang tidak beracun.
Dan saya sudah mengambil suatu keputusan yang cukup signifikan.
Dan saya sangat sadar bahwa saya terlampau bodoh dan naiv.
Dan saya melihat banyak hal yang tidak orang lain lihat.
Dan saya memiliki banyak khayalan yang indah serta suram.
Dan saya bermimpi tentang hal yang sangat wajar.
Dan saya selalu bertanya pada Tuhan tentang rencanaNya.
Dan saya sangat bimbang terhadap banyak hal yang harus saya pilih.
Dan saya ingin melihat hal-hal yang sifatnya netral.
Dan saya mengalami banyak kontroversi dalam pikiran saya.
Dan saya berniat mengambil hal baru untuk memperkaya jiwa saya.
Dan saya ingin sekali saja menghindari dosa.
Dan saya tidak pernah berniat menyakiti orang lain.
Dan saya selalu mengutarakan apa yang orang lain mau mendengar.
Dan saya kerap kali melakukan kesalahan.
Dan saya tidak pernah merasa lelah, sakit dan marah.
Dan saya juga manusia yang memiliki rasa jenuh.
Dan saya punya jawaban untuk setiap pertanyaan, termasuk kata "entah"
Dan saya ingin mewujudkan apa yang belum terwujud.
Dan saya ingin memutar balik waktu untuk melihat hal yang belum saya lihat.
Dan saya terlalu rendah untuk mencapai puncak.
Dan saya terlalu tinggi untuk menilik ke sudut yang paling sempit.
Dan saya sebenarnya belum siap untuk segala kegagalan.
Dan saya tetap harus menghadapi detik yang sedang berdetik hingga mendetik.

Dan saya, hanyalah seorang saya,
yang radikal dalam pikiran,
tempramental dalam tindakan,
irasional dalam perasaan.

Dan saya ingin mengakhiri tulisan ini dengan kalimat:

DAN SAYA SANGAT MARAH DENGAN DIRI SAYA SENDIRI.



*for being me, and I am so me. that nobody cannot define me. never.

Wednesday 10 June 2009

sepuluh juni tahun ini

Hari ini aku berulang tahun, ke 47.
Belum terlalu tua sebenarnya, tapi entah bagaimana,
kehidupanku membuatku merasa lebih tua 10 tahun dari yang seharusnya.
Segalanya sempurna.
Aku punya istri cantik, anak-anakku adalah bintang.
Mereka memberikan kebanggaan tiada tara dalam hidupku.
Bahkan aku bisa menebak, dalam hitungan detik, mereka akan mengejutkanku.
Keluargaku sungguh hangat.

Hidup kami sederhana,
istriku hanya ibu rumah tangga dan aku bekerja di Kantor Kenegaraan.
Gajiku cukup untuk membiayai dua anakku hingga ke perguruan tinggi.
TIdak terlalu ternama, tapi prestasi mereka selalu membanggakan.

Di kantor, semua orang menghormatiku.
Mereka mengenalku sebagai seorang yang luwes dan ramah.
Aku juga sering disebut-sebut pekerja keras.
Oh, mungkin itu sebabnya aku terlihat lebih tua dari 47 tahun.
Tuhan begitu adil padaku.

Ada satu hal yang aku tidak mengerti tentang hidupku.
Suatu masalah yang aku sendiri tidak menemukan penyelesaiaannya.
Aku bahkan tidak mengidentifikasi inti masalahku.
Sebuah pertanyaan yang ketika aku tanyakan pada setiap orang,
jawabannya adalah jawaban standar yang diberikan seorang guru TK kepada muridnya.
Pertanyaan yang tidak begitu wajar kutanyakan.

Pikiranku selama ini melayang jauh,
sangat jauh, sejauh 47 tahun perjalanan,
dan aku tetap tidak menemukan jawabannya.

Pertanyaan yang kerap kutanyakan pada setiap orang,
setiap benda,
setiap hal,
setiap Tuhan.
Tidak pula kutemukan jawabannya.
Hingga hari ini, tidak juga aku mengerti,

MENGAPA HIDUPKU TERLALU SEMPURNA??


Di ambil dari "Catatan Seorang Anak" (Le livre au le garcon)

Monday 8 June 2009

SEKOTAK VANILLA COOKIES

Lebih tepatnya,
setoples kecil (nggak kotak) berisi cookies vanilla dengan label HARVEST.
wuihh!!
untuk pertama kali dalam seminggu gue gak makan cookies itu,
semata-mata karena hadir Cadburry Break dan Roma Slai O'lai.
jadi gue lupa kan makanan penutup sahur!!
hihi,,

"maaf cookies-ku sayang, besok akan kuhabiskan kamu.." "Oh, besok??" ia memelas penuh harap
"Tidak, baiklah, nanti malam sebelum tidur, aku cumbui kamu yah.. jangan menangis.." "aKU hanya terharu, masih untung kau tidak membuangku seperti sisa pop mie tadi malam.."
Agak tersentak gue, shit! Dia tau gue buang pop mie gue tadi malem..
"Pop mie tidak baik untukku, kamu lebih berlemak kok, cookies sayang.." "Aku menunggumu.."

Aheeey,
akhirnya gue punya pendamping setia setiap jam 3.30 pagi,
tidak hanya terdengar atau terlihat,
tapi penginderaan rasa di lidah gue juga berguna..
Baik,
baik...

Pagi ini dengan segenap harapan design SOUNDCASE jadi,
dan nanti sore, gue bisa dubbing dengan lancar.
I can't really be a good presenter,
just a soon-to-be perfect one!!
amiin ya Allah..

*biar papa mama bangga lihat putrinya dilayar kaca.


_________phele si pecundang____________

Saturday 6 June 2009

MELANCONG KE JOGJAKARTA


Gue bertanya,
apakan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta memiliki pelabuhan?
Ayo jawab!!
kenapa gue bertanya seperti ini?
karena gue sangat ingin ke Jogja dengan menggunakan kapal laut.
seru!
kali2 aja gue jatuh dari dok kapal,
atau kapal gue karam dan tenggelam,
atau sekedar terombang ambing di laut lepas karena:
1. kehabisan bahan bakar
2. mesin mati total
3. cuaca tidak mendukung untuk berlayar
4. pembajakan oleh perompak.

Akibat terlalu banyak nonton film action
(or at least, membayangkan adegan2 action, karena gue jarang nonton)
gue jadi sering berkhayal bisa bertualang dengan maut.
hihi.
*macam gak ada dosa aja yah, mau mati.
nyari mati,hehe

Papa juga udah lama gak ke Jogja, hampir 4 tahun.
lumayan bukan kalo gue bisa ajak papa liburan naik kapal laut.
Yah, baiklah, naik pesawat pasti lebih efisien.
tapi nggak kereen!!!
bayangin aja..brapa kejadian kecelakan pesawat terbang rata2 karena:
1. human error
2. cuaca buruk
3. hilang dr radar

selain jatuh ke bawah, pesawat terbang gak terlalu dramatis kalo jatoh,
kalo kapal laut kan lebih basaah gitu!!
bayangin lagi yah..
kalo kecelakaan kapal laut,
tim SAR juga akan basah mencari kita,
at least, mereka jg pake perahu (atau transport air yang lain) buat nyari kita.
nah, kalo kecelakaan pesawat?
TIM SAR hanya akan menjelajah wilayah jatuh sambil teriak teriak
"NOVELL!!!"
"IRKAM!!!"
"ANYBODY THERE?????"
gakseru!!
gak basah!!
hehe

sudahlah..
sampai jumpa keraton