Posts

Showing posts from October, 2022

Ulang Tahun dalam Gelap, Anti Perayaan dan Juara Gestur

Buat kamu yang jarang mengungkapkan perasaan dengan wajar, ini buat kamu yang jarang kudengar keluh kesahnya sebutuh apapun aku terhadap keluh kesahmu. Tenang. Dalam diamku dan diammu, aku otomatis memaafkan. Aku otomatis melupakan, dan aku otomatis membiarkan. Tenang, tidak akan ada keluhan berarti dan bertubi, karena diam adalah jalan kita. Tenang, tak butuh banyak kata dan ucap karena aku bersistem sendiri dengan semua asumsi dan pemahamanku. Doaku. Yang aku langitkan melalui bisikan kepada bumi setiap sujudku, biarlah menjadi rahasiaku dengan Tuhanku. Karena pada akhirnya yang mendekapku adalah doaku, maka kubisikkan setiap katanya ke pada tanah, dan ia memanjat menuju langit dengan sendirinya tanpa dilihat atau didengar manusia.  Doaku. Adalah doa standard paling dasar, paling umum dan tidak spesifik. Karena detailnya, adalah rahasiaku dengan Tuhanku. Sabar. Setiap kita adalah refleksi diri kita di masa lalu, masa kini dan masa datang. Maka cukuplah hatiku berlapang membaca da...

Belajar #samaHafiz

Setahun pernikahan dengan Hafiz adalah setahun pertama aku terbuka mata, hati dan pikirannya karena banyak sekali hal. Runtuh semua rasa 'berpengalaman', 'sudah tua', 'sudah tau rasanya' dan berbagai rasa lainnya sisa luka lama dan kenangan yang pernah ada. Runtuh. Jadi kepingan yang lebih kecil, lalu seolah Allah rakit lagi jadi bongkahan besar yang lebih kokoh dan berbentuk. Runtuh. Rasanya begitu lapang dengan serakan serakan kepingan yang Allah rencanakan dan tuliskan. Pernikahan sama Hafiz adalah bongkahan baru yang diciptakan Tuhan supaya aku tau dan paham kenapa serpihan lama dibuat sehancur-hancurnya; supaya Allah bisa bangunkan yang lebih kuat lagi. Supaya bentukku makin terlihat dan bermakna. Aku seperti bongkahan batu atau cerita baru lagi, dengan berbagai karakter, berkotak-kotak ruang untuk bertumbuh, dan bersela sela celah untuk membentuk lagi cerita baru. Dan tekadku adalah terus memahat bongkahan itu bersama Allah, bersama Hafiz dan keluarga keci...

Bekas Luka Perceraian

 Di sela makan malam, Anita dan Afrizal, sepasang suami istri yang baru saja menikah, memulai sebuah obrolan hati ke hati. "Honey, gimana rasanya menikah dengan orang yang mudah ditindas seperti aku?" Anita tanpa aba-aba dan konteks mendadak menanyakan hal tentang kelemahannya. Afrizal mengernyitkan dahi dan menatap istrinya dengan bingung, "Memang iya kamu mudah ditindas? Kenapa kamu pikir aku akan menindas kamu?" Afrizal bukan tidak mau menjawab pertanyaan absurd istrinya, tapi ia sepenuhnya bingung dengan pertanyaan tersebut. Pertanyaan baliknya tidak direspon. Dihitungnya hingga 3 suapan masing-masing mereka terhadap makanan dan tetap tidak ada jawaban. Hingga suapan ke-empat, Anita baru meminum sedikit air putih untuk mengosongkan kerongkongan dan memastikan suaranya terdengar jelas oleh suaminya. "Selepas perceraianku kemarin, aku merasa jadi orang yang paling lemah sedunia. Mungkin lebay  ya? Tapi itulah yang kurasa, sepertinya mudah dan enak menikah den...