Friday 16 February 2018

Tiga Museum Unik Di Jakarta (yang mungkin kamu belum pernah dengar sebelumnya)



Belakangan ini, trend berkunjung dan update status lagi di museum sedang hits, baik di dalam maupun luar negeri, baik kalangan pelajar maupun masyarakat umum. Selain karena alasan mau belajar sejarah, ternyata ke museum juga memperkaya pengetahuan kita tentang hal baru yang belum kita dengar sebelumnya. Di Ibukota Jakarta, tentunya banyak nama museum yang terlintas di pikiran kamu, tapi coba cek tiga museum berikut ini, dijamin banyak yang bahkan tidak tau keberadaan museum ini.

1.     Museum Jendral Abdul Harris Nasution.
Gerakan Pemberontakan 30 September 1965 pastinya bukan hal yang asing buat kita semua; pasti pernah dengar atau bahkan belajar di bangku sekolah saat pelajaran sejarah. Peristiwa pemberontakan terhadap ideologi Pancasila ini terjadi dengan sangat keji di sebagian besar wilayah Indonesia terutama pulau Jawa. Prasasti, nama dan peninggalan juga banyak terangkum di Museum Lubang Buaya atau yang juga dikenal sebagai Museum Pancasila Sakti di kawasan Pondok Gede Jakarta Timur. Tokoh tokoh yang menjadi korban dalam pemberontakan tersebut adalah 7 Jendral Angkatan Bersenjata Indonesia (sekarang TNI) dan 1 ajudan Jendral yang terbunuh karena melindungi Jendral ke-delapan yang seharusnya jadi korban juga, yaitu Jendral AH Nasution. Selain jadi naman jalan di Bandung, Jendral Nasution juga jadi satu-satunya Jendral yang bertahan hidup hingga zaman setelah kemerdekaan dan rumah tinggalnya kini dijadikan museum.

Museum Jendral Nasution terletak di kawasan Menteng, yang mana pasti penduduk ibu kota pernah melewatinya namun tidak pernah sadar bahwa ada suatu rumah yang kini dijadikan museum. Museum ini adalah tempat tinggal sang Jendral saat terjadi pemberontakan dan usaha penculikan sang Jendral dimana saat itu yang terbunuh adalah anak kandung dari Jendral Nasution sendiri, yaitu Ade Irma Suryani Nasution. Kejadian penyerangan dan penembakan beserta artefak peninggalan keluarga Nasution sejak kejadian tersebut terawat dan tertata rapih di museum ini. Pengunjung bisa belajar dan membayangkan kejadiannya melalui diorama yang diletakkan di dalam rumah. Selain perasaan merinding, siap-siap juga merasa kagum pada sosok Jendral ini karena selain berperan besar di militer Indonesia, beliau juga diam-diam adalah pemikir terpelajar yang sudah menerbitkan banyak buku dan tulisan.

2.     Museum Perumusan Naskah Proklamasi
Peristiwa pembacaan Naskah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia juga pasti sangat familiar buat kita semua, terutama karena setiap tahunnya kita merayakan hari kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus. Uniknya, seberapa jauh yang kita tau tentang pembuatan Naskah Proklamasi tersebut adalah hal yang membuat kita berkerut kening mengingat apa yang pernah kita pelajari di sekolah mengenai kejadian itu. Peristiwa Rengasdengklok, atau pembuatan bendera merah putih pertama oleh Ibu Negara Fatmawati, atau berkumandangnya lagu Indonesia Raya ciptaan WR Supratman, adalah mungkin 3 dari beberapa hal yang kita pernah dengar. Tapi bagaimana dengan tempat perumusan naskah proklamasi?

Naskah yang menjadi simbol kemerdekaan Indonesia dari penjajahan Jepang ini ternyata bukan dibuat bermalam-malam atau berbulan-bulan seperti JK Rowling dan Harry Potternya. Naskah sakral bangsa ini ternyata jadi hanya dalam waktu semalam dan melalu proses yang lumayan panas. Di Museum Perumusan Naskah Proklamasi ini lah kita bisa tau lebih dalam dan detail kejadian demi kejadian yang dilewati oleh tokoh-tokoh pencetus proklamasi dan menentukan bangsa Indonesia saat itu hingga kini. Museum yang tadinya adalah rumah dinas Laksamana Muda Jepang bernama Maeda ini, terletak di kisaran Menteng, Jakarta Pusat, dan lagi-lagi tidak banyak para warga yang sering lewat tidak menyadari bahwa gedung ini adalah museum bersejarah. Jika kamu berkunjung ke museum ini, siap-siap menyimak kisah yang tidak banyak orang tau tentang seluk beluk pembuatan Naskah Proklamasi yang menjadi titik awal kemerdekaan Indonesia lebih dari 70 tahun yang lalu.

3.     Museum Kebangkitan Nasional
Lokasinya memang tidak di tengah kota seperti dua museum di atas, namun secara geografis, Museum Kebangkitan Nasional terletak di Jakarta Pusat, yaitu kawasan Senen. Gedung tua ini adalah tempat lahirnya kesadaran nasional bahwa Indonesia dan rakyatnya memiliki potensi yang lebih dari sekedar pekerja lapangan seperti petani dan nelayan, tapi juga para pemikir dan revolusioner negara yang mencetuskan ide-ide pembangunan dan berguna bagi orang banyak. Museum Kebangkitan Nasional awalnya adalah sekolah yang didirikan Belanda dan diberi nama STOVIA (School tot Opleiding van Inlandsche Artsen) dimana para muridnya adalah calon dokter atau tenaga medis.

JIka berkunjung ke museum ini, kamu akan disadarkan bahwa sedari dulu, bangsa Indonesia dan rakyatnya adalah bangsa yang terdidik dan berkemauan keras dalam mewujudkan cita-cita mereka. Gedung yang juga adalah rumah pertama dari organisasi Boedi Oetomo, Trikoro Dharmo, dan organisasi muda lainnya ini, pernah menaungi sejumlah tokoh penting seperti Ki Hadjar Dewantara, sang Bapak Pendidikan, Tijpto Mangoenkoesoemo dan Raden Soetomo. Di dalam museum ini juga ada peninggalan bersejarah yang menandakan kemajuan teknologi kesehatan pada masa pra-kemerdekaan seperti alat kedokteran dan ruangan kelas yang digunakan oleh para siswa penghuni asrama pada masa itu. Jangan kaget ya waktu berkunjung kesini suasananya agak angker, tapi coba fokuslah pada sejarah dan pelajarannya.


Yuk, saatnya sempatkan satu hari liburmu untuk berkunjung ke museum baru supaya pengetahuan kita terasah, rasa cinta tanah air bertambah, dan inspirasi tetap membuncah.

No comments:

Post a Comment