Renungan Transjakarta Sore Ini
Ada hari-hari di mana aku merasa seperti tokoh utama yang kuat. Tapi jauh lebih sering, aku merasa seperti pemeran figuran dalam hidupku sendiri — sibuk memenuhi kebutuhan semua orang, sampai lupa bertanya:
“Apa kabarmu hari ini, wahai diriku?”
Perempuan sering kali diharapkan jadi segalanya. Ibu yang lembut, istri yang sabar, anak yang berbakti, pekerja yang profesional, guru yang inspiratif, sahabat yang bisa diandalkan. Di antara semua itu, ada tumpukan cucian, tugas anak sekolah, deadline kerjaan, dan tangisan tengah malam.
Rasanya seperti nonton pertunjukan sirkus — tapi akulah si pemain akrobat yang berjalan di tali sambil juggling piring, mencoba seimbang tanpa jatuh.
Overwhelmed? Tentu. Tapi anehnya, aku juga bersyukur. Karena di balik lelahnya banyak peran, ada cinta yang menguatkan. Ada doa yang tak terdengar. Dan ada kekuatan tersembunyi yang hanya muncul saat merasa hampir menyerah.
Justru dari banyaknya peran itulah aku jadi sadar: ternyata aku banyak bisanya (kayak ular gak tuh berbisa?)
Aku bisa bangun paling pagi, menyelesaikan pekerjaan rumah, lalu menyiapkan materi mengajar sambil menemani anak yang tantrum. Aku bisa tetap tersenyum ketika hati lagi kusut, dan tetap mendengarkan orang lain padahal aku sendiri sedang butuh didengarkan.
Aku bisa jadi penenang, pengatur jadwal, penyemangat, dan sekaligus tempat bersandar. Kadang semuanya dalam satu hari.
Dari semua peran ini, aku juga belajar banyak hal. Belajar sabar, belajar komunikasi, belajar manajemen waktu, belajar mengatur napas saat panik, belajar memaafkan diri sendiri saat tidak sempurna.
Dulu aku pikir peran-peran ini hanya menambah beban. Tapi ternyata, mereka justru memperluas kapasitasku sebagai manusia. Aku tumbuh. Aku jadi versi diriku yang belum pernah aku bayangkan sebelumnya.
Dan dengan semua lelah ini, aku justru ingin belajar lebih banyak hal baru — hal-hal yang membuatku makin lapar dan haus akan pengalaman dan kebijaksanaan.
Semoga semua peluh dan keluh ini diganjar Allah dengan ampunan dan pahala. Kalau bisa… sampai surga. 🤍
Comments
Post a Comment