Romantisme Allah Lewat Azan: Panggilan Mesra dari Langit
Pernah nggak sih, kamu lagi sibuk banget—entah itu kerjaan numpuk, anak-anak ribut, hati lagi nggak karuan—tiba-tiba terdengar suara azan? Dan entah kenapa, dadamu terasa seperti ditarik… pelan, lembut, tapi dalam.
Itulah azan.
Panggilan mesra dari Allah.
Seruan cinta dari langit untuk hati yang sering lelah.
Azan itu bukan sekadar tanda waktu salat. Lebih dari itu, ia adalah surat cinta lima kali sehari dari Tuhan yang nggak pernah lelah menunggu kita pulang. Di saat semua hal duniawi membuat kita lupa arah, Allah dengan sabar mengirim azan—mengundang kita kembali ke pangkuan-Nya.
“Hayya ‘ala ash-shalah…”
Mari, datang ke shalat.
Bukankah itu terdengar seperti, “Ayo, sini… istirahat dulu. Ceritakan semuanya pada-Ku.”?
Dan saat kita dengar:
“Hayya ‘ala al-falah…”
Kita diingatkan bahwa kemenangan, kebahagiaan sejati, bukan di notifikasi media sosial atau gaji bulanan. Tapi di sujud yang sunyi, di air mata yang jatuh di sajadah.
Bahkan setan pun takut saat azan berkumandang. Dalam hadis shahih, Rasulullah bersabda bahwa setan lari terbirit-birit sambil kentut ketika azan terdengar (HR. Muslim). Bukan karena kerasnya suara, tapi karena kuatnya cinta yang tersembunyi di balik panggilan itu.
Allah tidak pernah bosan memanggil kita.
Meski kita telat. Meski kita sering abaikan.
Dia tetap mengutus muazin-Nya, lima kali sehari, setiap hari.
Dan saat kita menjawab panggilan itu, dengan wudhu yang dingin, dengan langkah menuju sajadah, Allah menyambut kita seperti seorang kekasih yang lama menanti pelukan.
“Aku membagi salat antara Aku dan hamba-Ku… dan bagi hamba-Ku apa yang ia minta.” (HR. Muslim)
Bayangkan. Saat kita membaca Al-Fatihah dalam salat, Allah membalas setiap barisnya.
Saat kita berkata “Alhamdulillahi Rabbil ‘alamin”...
Allah menjawab, “Hamba-Ku memuji-Ku.”
Begitu mesra.
Begitu romantis.
Tapi sering kali kita lupa.
Padahal panggilan itu dari Tuhan yang sama yang menundukkan langit dan bumi di hadapanNya.
Tuhan yang sama yang memberikanmu nikmat setiap harinya.
Tuhan yang sama yang memperhatikan dan mendengarkan isi hati kita dalam berbagai suasana.
Jadi, mulai sekarang, dengarkan azan dengan hati.
Biarkan ia menampar lembut jiwa yang sedang jauh.
Karena tak ada yang lebih indah dari panggilan cinta yang datang dari langit, untuk membawa kita pulang—ke tempat paling damai: hadapan Allah.
Comments
Post a Comment