Wednesday 23 March 2022

Memaafkan Diriku Sendiri

Pagiku dimulai dengan menghirup udara yang meniup niup setelah hujan. Iya, aroma tanah basah setelah hujan; petrichor. Aku mendekap kedua bahuku erat, aku bilang terima kasih sudah bertahan, terima kasih sudah berjuang. Untuk sekali dalam sekian lama, aku merasa cukup dan tidak banyak menuntut. Aku memilih memaafkan diriku sendiri yang memang terbatas dan tidak selalu terbalas. Aku memaafkan diriku yang masih dalam tahap belajar tanpa berhenti.


Aku mendalami rasa lelah di setiap sendi badanku, aku merasakan tulangku seperti menegaskan kehadirannya dan menopangku secara mental lebih kuat lagi. Tulang kakiku seperti berbisik pada nadi di sekitarnya untuk tetap kuat dan berdiri tegak. Punggungku seperti mendengar dan turut bersorak lewat tegapnya dan mekarnya diafragma yang terasa.


Aku memilih memaafkan diriku yang masih begitu belia dalam memahami banyak hal. Aku memaafkan diriku lewat pelukan sepertiga malam dan berkata hal-hal afirmasi dalam hati supaya langkahku lurus lagi. Supaya siap berlari, dan setiap hembusan nafasku ikut mengimbangi. Hari ini aku memaafkan diriku yang masih terbata dengan semua yang kukira nyata maupun maya. Hari ini aku memaafkan diriku yang masih suka melihat berbayang, entah karena usia atau terlalu banyak benda.


Maafkan aku, wahai diriku yang selalu meminta satu hari lagi untuk berasa di sini sampai nanti berjumpa di akhirat yang hakiki. Maafkan aku, wahai jiwa yang suka merindu garis akhir dunia.

No comments:

Post a Comment