tentang jeda dan rasa rindu yang terjaga
Kita terbiasa berpikir bahwa rindu muncul karena kehilangan. Tapi ternyata, rindu juga bisa tumbuh dari kehadiran yang sengaja dijauhkan. Bukan karena tak ingin dekat, melainkan karena tahu; kedekatan tanpa jeda bisa kehilangan makna.
Dalam jeda, ada waktu untuk mengingat tanpa tergesa.
Ada ruang untuk bertanya pada diri sendiri: apakah yang kita rasakan masih sama, atau justru tumbuh dalam diamnya?
Rasa rindu yang terjaga bukanlah perasaan yang menyiksa, melainkan tanda bahwa sesuatu masih hidup di dalam diri — meski tak lagi dipegang erat. Ia seperti cahaya kecil di sudut hati, yang tak padam meski malam datang panjang.
Mungkin memang begitulah cinta yang matang:
Ia tahu kapan harus mendekat, dan kapan harus menjaga jarak. Bukan untuk menjauh, tapi untuk menjaga agar rasa tetap bernapas.
Dan di antara jeda itu, rindu menjadi lebih jernih.
Bukan tentang ingin memiliki, tapi tentang menghargai — bahwa kehadiran tidak harus selalu dekat, untuk tetap terasa.
And if you miss me, this post is for you.
Comments
Post a Comment