Friday 23 September 2011

an unintended destiny.

aku mendengar panggilan terakhir dari pengeras suara bandara. langkahku semakin cepat berlari namun aku yakin akan percuma. penerbangan murahan tidak akan menungguku.
"this is the final call for Ms Sherman, Ms Sherman to be on board for flight to Mississippi"
lalu aku sadar langkahku tidak lagi bergerak kemanapun. aku diam menatap pesawatku lepas landas. hilang ke langit membawa mimpiku bersamanya. lalu aku diam, sendiri.



rasanya sulit percaya kalau pertemuanku dengan Andrea akan berakhir begitu saja dalam hitungan jam. penerbangannya mengalami gangguan dan pesawatnya jatuh. belum ada indentifikasi Andrea ditemukan.aku dan keluarganya menunggu kabar di ruang tunggu maskapai.
"I am very sorry to confirm this that we found Ms Sherman's luggages and wallets near the area..." kata-kata selanjutnya tidak lagi penting buatku. Andrea sudah pergi, namun aku seperti ingin melihat jasadnya, aku seperti ingin bertemu lagi dengannnya dan mengakui kecuranganku dalam hubungan kami.

***

aku berhasil menemukannya. di sebuah kafe, tempat kami biasa minum teh sore.
"Jack?" aku menatapnya terdiam menatapku. kami mematung beberapa detik sebelum ia akhirnya membuka mulutnya dan bertanya, "am I dreaming, Andrea?"
kami berpelukan dan ingin rasanya aku menamparnya agar ia bangun dari tidurnya. ia pasti bermimpi. kami berpelukan tanpa pedulu sekitar, hanya 12 menit pelukan yang mengharukan.
"it has been 6 months since you've gone, I haven't moved on" Jack bercerita panjang tentang kehilangannya dan keluargaku. aku pun bercerita perjuanganku tiga bulan di Belanda tanpa sepeser uangpun. 30 menit bercerita, aku harus pergi. aku ingin bertemu orang tuaku.


haru sekali melihat pertemuan ibu dan anak ini. di hadapanku, seorang putri tunggal pulang ke pangkuan orang tuanya. sang ibu menangis dan sang ayah pun. aku kurang paham bagaimana perasaanku. ini sungguh seperti mimpi. Andrea kembali setelah kami kira ia mati dalam kecelakaan pesawat.
"six months baby girl, and this is like a dream." Nyonya Sherman masih menahan isaknya sambil bicara.
keluarga ini seperti mendapat hadiah paling indah dari Tuhan, dan aku memaku pandanganku pada Andrea. rasanya kami ingin menahannya sehingga ia tak akan lagi pergi kemana-mana.

***

aku rasa ke pasar bersama mama adalah hal yang paling menyenangkan setelah 6 bulan dalam ketidakjelasan kehidupan di negeri orang. aku selalu bersyukur menari bisa menyelamatkanku dan membawaku pulang. aku bercerita panjang pada mama bagaimana aku bertahan hidup di Belanda, bersama sejumlah orang asing yang sangat baik dan mengizinkanku meraup keuntungan dari kemampuanku menari. "you are always my pride, I never stop praying for you. and you have no idea of how much I really don't wanna lose you, Andy" aku sungguh menyayangi mama. dialah inspirasiku, dialah makhluk yang tidak pernah lelah mencintai dan menunggu, mengajari dan mendampingi.



kepergian kedua ini lebih sakit dari yang pertama. kecelakaan lagi, dengan mobilnya. Andrea pergi lagi, untuk selamanya. satu minggu kemarin adalah terlalu lama untuk bermimpi, dan aku tidak mengakui kesalahanku dalam mimpiku. satu minggu kemarin adalah berkah dari Tuhan untuk kami. satu minggu kemarin Andrea baru saja lahir kembali. dan kini Andrea benar-benar pergi.
"this is the hardest part of losing, it's the second lost. to family, siblings, friends......but this time she won't come back, she's with God. that smile upon her face, is the symbol of peace, that we all belong to God, who holds the right upon our lives....." suara itu meluluhkan pertahanan air mataku. aku berharap inilah yang mimpi, kematian Andrea hanya mimpi, aku ingin bangun dan kembali ke satu minggu yang lalu, menahannya pergi dan menyetir sendiri. aku ingin bangun dari mimpi ini, bangun dan menatap Andrea lagi.

No comments:

Post a Comment