Friday 17 February 2023

hustle dan overwork bukan budaya kita

Tapi budaya kita adalah making sure we are noticed.


Kalo kalian tau, kenapa sampe ada istilah 'hustle culture' itu adalah karena semakin banyak FENOMENA KERJA LEMBUR YANG DIROMANTISASI di media sosial dan channel komunikasi lainnya. Yes, kalo mau fokus pada konteksnya, bagaimana akhirnya fenomena ini dicap jadi budaya ya banyak yang pamer bahwa mereka lagi qerka qeras bagai quda. Okay maaf bukan pamer tapi sharing dan berbagi keadaan mereka yang sedang bekerja, dan terkadang dibumbui dengan ekspresi suka duka dalam pekerjaan mereka.

Bagi yang menganggap ini hal baik, ya akhirnya masuk kaum glorifier of hustle culture. Bagi yang menganggap ini hal buruk, ya bisa mulai bilang ini toxic culture dan berdampak negatif.

Di satu sisi mengangkat the idea of kerja keras, kerja smart, kegigihan, kecintaan pada kerjaan, passionate worker, dedikasi tinggi, profesionalisme, disiplin dan integritas, atau mental dan etos kerja bagus, dan hal positif lainnya deh.

Sisi ini biasanya menjadikan successful figures sebagai idol, role model atau panutan yang menjadi contoh bahwa kerja keras = sukses. Seleb, businessman, sampe ke pedangang kecil yang sekarang punya ratusan franchise, jadi ikon kesuksesan yang dijasosiasikan dengan kerja keras.


Sementara di sisi lain, bekerja disebut overwork, overwhelming and draining, nggak work-life balance, toxic working cycle, unhealthy lifestyle, depressing and stressful work, dan hal lainnya yang berdampak buruk secara fisik, mental, sosial dan finansial.

Kaum ini, biasanya mengangkat data dan penelitian ilmiah maupun sosial tentang akibat overwork dan ketidakseimbangan antara kerja dan 'hidup'. Ada juga yang mengangkat beberapa kasus kematian pekerja akibat minuman energi atau depresi akibat pekerjaannya. Apapun deh yang bisa membuktikan bahwa kerja (terlalu) keras itu membunuhmu.

Nah,
Mari kita bahas secara etimologis dulu soal hustle culture. Budaya itu diambil dari bahasa Sansekerta yang artinya bisa kamu cari sendiri. Jadi kalo hustle atau kerja keras itu dibilang budaya, apakah sudah tepat? Menurut kamu gimana?

Kedua, definisi kerja keras itu apa sih?
Ada yang bilang "don't work hard, work smart" lah itu 2 hal yang bahkan bisa 2 semester sendiri pembahasan maknanya. Belum lagi subjektivitas tiap individu dalam memaknai dan menjalani yang namanya "kerja keras".


Either way,
Menurutku segitu gedenya lho dampak popularitas istilah 'hustle culture' sampe sekarang banyak perusahaan yang concerned dengan work life balance karyawannya sampe employer branding mereka juga isinya menjual 'karyawan kami bahagia lho kerja bersama kami' seolah generasi jaman now mencari kerjaan yang "membahagiakan". Padahal kemudian dikaitkan bahwa karyawan bahagia = karyawan produktif = karyawan yang memberi profit. Eh tapi iya ya, kita semua mau kan kerja bahagia?

Jaman dulu, orang tua kita juga kerja keras bukan? Tapi kenapa istilah hustle culture baru ada sekarang?

Karena kita sangat sering sharing tentang kerjaan kita yang dinilai keras sehingga persepsi audiens kita jadi terbentuk sesuai dengan apa yang kita cerminkan di platform dan kanal sosial kita.

Semua karena media massa & media sosial yang berhasil driving the public sphere and public mind about hustle culture and its impact towards the society.

Unik bukan?!
Cheers






References:
You can click on each word or phrase with hyperlink!







No comments:

Post a Comment