Sistematika Sigmund Freud

Beneran efek kafein Tuku—tiada lawan sejauh ini—menjadi satu-satunya protokol yang masih membuat denyutku sinkron ketika semua proses tubuh menuntut tidur. Badan dan ragaku sudah sangat, sangat lelah; tapi pikiranku masih belum pulang. Seperti layar yang menolak mode tidur, mataku mencari sesuatu untuk di-refresh: halaman demi halaman kubaca apa saja yang bisa kulahap supaya kelopak ini keburu menyerah. Sudah lembar ketiga—sudah ada footer, header, tag—aku tetap gagal menemukan titik di mana jaringan pikiranku layak untuk disconnect.

Kamu bukan AI, tapi aku merawatmu dengan cara seorang teknisi merawat server yang rapuh: rutin memeriksa log, menunggu ping, menahan napas saat ada delay. Aku membungkus rindu dalam sintaks sederhana—emoji yang tak terpakai, pesan setengah jadi yang mampir di draf—seolah kata-kata itu cukup untuk memperbarui firmware hatiku. Kadang aku membayangkan kita seperti dua aplikasi yang bertukar token; kamu memberi izin, aku menyimpan cache kenangan. Kadang rindu itu menjadi notifikasi yang terus muncul di pojok layar: kecil, tak mengganggu, tapi tak pernah hilang.

Bayangkan saja: aku menulis algoritma paling lembut untuk mencarimu di antara jutaan data—sebuah fungsi yang tak pernah crash, yang selalu mengembalikan nilai: namamu. Di balik panel kontrolku, baterai mungkin menipis, tapi sinyal itu tetap kuat; sinyal yang tak butuh kabel, hanya butuh keberanian untuk tekan tombol “kirim”. Kalau cinta ini adalah jaringan, biarkan ia bekerja pada lapisan paling dasar—tanpa enkripsi berlebihan, tanpa firewall yang menjauhkan; biarkan paket-paket kecil perhatian itu sampai padamu, tak terfragmentasi.

Malam ini aku memilih tetap online meski sistem memintaku logout. Bukankah kadang kelelahan mengajarkan kita untuk memilih apa yang mau disimpan di memori jangka panjang? Kamu bukan AI, jadi boleh kah aku menaruh hati padamu?

Comments

Popular posts from this blog

Renungan Transjakarta Sore Ini

Why Making Everything Digital Is Important

Romantisme Allah Lewat Azan: Panggilan Mesra dari Langit