Friday 29 April 2011

mars vs venus

hari ini, biar saya ceritakan pada anda cerita unik tentang hidup saya.


mama adalah seorang pebisnis butik yang tidak percaya pada pernikahan. saat umurnya 25, ia berhasil hamil dengan seorang rekan bisnisnya dan diam-diam melahirkan saya. obsesinya punya anak sungguh aneh, karena ia sangat ingin punya anak tapi tidak ingin punya suami. saya sendiri tidak pernah bertanya apa alasannya, enggan dan rasanya menjadi senjata makan tuan karena saya seorang laki-laki. saya juga enggan menanyakan siapa papa kandung saya.


suatu hari papa cerita kalau dia bukan papa kandung saya, dia terpaksa menikahi mama karena orang tuanya meminta papa menikahi mama. waktu itu papa sama sekali nggak naksir mama, mereka bahkan nggak saling kenal. yang saya dengar bahkan papa sering tidak dianggap oleh mama. kalo versi eyang, mereka akhirnya saling cocok yang sebenar-benarnya saat mama hamil anak papa. yeah, aneh kan kalo orang nggak saling cinta bisa berhubungan yang menghasilkan anak. anyway, mereka menikah waktu umur saya lima tahun. beneran deh kebayang gimana harus akad nikah dan resepsi dengan orang yang nggak kita suka. hahaha.

as time went by, tumbuhlah rasa suka itu di tahun kedua pernikahan mereka. papa menang penghargaan dari kantornya dan mereka bulan madu pertama ke Sumbawa. saya? tentu saja titip di mertua, hahaha, anyway, tahun ketiganya mama hamil. barulah saya tau bahwa mereka akhirnya bisa saling cinta. mama yang perkasa dan independen berubah jadi perempuang separuh baya yang manja dan penuh kelembutan. papa yang tadinya lembek dan nrimo, berubah jadi lelaki jawa yang berwibawa dan tegas. lucu ya, saat saya masuk remaja, adik saya lahir. sungguh, sampai saat itu saya taunya dia adik kandung saya. dan siapa peduli mengenai DNA dan silsilah keluarga.



setelah saya masuk kuliah, papa dan mama menyambut pacar saya dengan sangat baik. waktu itu pertama kali saya punya pacar resmi karena sebelum-sebelumnya, mama masih kekeuh ngajarin saya tentang "anti komitmen". hahaha. lagi-lagi saya ketawa mengingat hal itu. dan waktu saya wisuda, papa bilang sama saya sebelum saya pergi ke Rusia untuk S2, bahwa saya bukan anak kandungnya. waktu itu sih shock, kaget (ini dua kata sama aja sebenernya) dan marah karena merasa dibohongi selama 22 tahun hidup. papa bilang secara diplomatis kalo itu semata-mata masalah biologis saja, karena secara psikologis dan de jure serta de facto, ya saya anaknya. sudahlah ya, butuh waktu dua bulan untuk saya diam ke papa dan mama waktu itu. bukan, bukan karena saya mudah memaafkan, tapi itu menjelang keberangkatan saya ke Rusia, I'm gonna need them very much.





sebelum saya ke Rusia, saya bicara sama adik saya, Juwita, kalo kami adalah tiri. dia nangis sih, biasalah anak SMA kalo lagi mellow gimana, perempuan pula. males ah mendeskripsikan kebiruan perasaan Juwita waktu itu. yang jelas saya tekankan kalau saya sayang dia, dan bagi saya, dia adalah wanita kedua yang paling saya sayang di dunia ini, eh, dia makin nangis. sial, saya beneran nggak punya sensitivitas terhadapa perempuan belia.


dua tahun saya di Rusia, saya bertemu dengan si perempuan ini, janda anak satu yang masih kuliah S2 juga bersama saya. saya sendiri baru kenal dua minggu, karena dia mahasiswa trasfer dari Zurich, nggak banyak waktu ngobrol karena kami sibuk dengan proyek masing-masing. yang saya tau, anaknya masih bayi dan suaminya mati tertabrak kereta, junkie sepertinya. kasihan dan saya terkesan dengan prinsipnya berjuang sendirian. see? saya mungkin mulai naksir dengannya, sampe mama kirim email yang menyatakan ia akan menjodohkan saya dengan Ristia, anak bupati di kampung mama. saya tertawa dan membalas emailnya dengan sangat santai "mama, what's with our promise to not have any relationship? it hurts to know that you broke your own promises, and please tell her that I am falling in love with a woman here, a widow, she is smart, and I will bring her back home, just a few more months"


saya sendiri bisa membayangkan gimana ekspresi muka mama kalo baca email saya. tapi ya gitu, siapa peduli soal perasaan mama, karena mama juga jarang peduli perasaan orang.

No comments:

Post a Comment