Tuesday 28 June 2011

bayar utang

"Anak ibu butuh pengawasan dan perhatian lebih di rumah" ibu guru menyondongkan kepalanya ke arah mama di kirinya. Mama masih sibuk mengetik email di BlackBerry-nya dan hanya berdehem pelan. Bu guru lalu menghadap ke kanan ke arahku "dan kamu, harus lebih giat belajar supaya bisa semakin lebih baik, oke?" Aku hanya mengangguk pura-pura mengerti. Setelah bersalaman, kami keluar ruangan menuju lobby sekolah dimana sebuah mobil panjang hitam mewah beserta supir sudah menunggu kami.

Saat pintu dibukakan oleh supir, mata mama tidak melirik sedikitpun ke arahku, aku bisa saja lari ke lapangan dimana teman-temanku sedang bermain bola. Anak perempuan di lantai atas melihatku masuk ke dalam mobil dan mata mereka mengikuti mobilku hingga ke luar halaman sekolah.

Aku melihat mama yang mengacuhkanku. Saat mau membuka mulut, mama sudah mengisyaratkan satu jari di tangannya untuk menyuruhku diam lalu "siang Pak, iya, saya sudah minta staff saya untuk urus acara besok. Saya sekarang lagi jemput anak saya, jadi baru agak sore saya kesana ya. Sekarang saya drop dia dulu di rumah, terus kita ketemu" mama diam mendengarkan sambil mengangguk kecil lalu mengakhiri telepon "baik, siang Pak. Eron nanti sama bibi di rumah makan ya, kerjakan PR terus les nanti sore dianter Pak Wahyu, paham sayang?" Mama tidak melihatku saat mengatakan itu. Ia kembali mengetik di BlackBerry-nya sambil sebelah tangan merogoh tas laptop.

"Mama, tadi ibu guru bilang apa? Besok Eron boleh sekolah kan?"
"Hmm?" Mama menolehkan kepalanya namun tidak melirikkan matanya kepadaku.
"Besok Eron boleh sekolah kan? Mama anter Eron kan supaya Eron nggak telat?"
Kali ini mama mencolek bahu Pak Wahyu di depan dan berkata "pak, tolong ya besok jangan telat lagi. Udah hampir skorsing nih si Eron"
Pak Wahyu menjawab pelan "maaf Nya, saya nggak telat, tadi pagi Eron yang mau dianter Nyonya langsung. Saya sama bibi udah bujuk, tapi Eron tetep maunya sama Nyonya" dengan ragu Pak Wahyu menyelesaikan kalimatnya, "mungkin Nyonya bisa bantu jg bujuk Eron supaya nggak telat"
"Hmm" mama benar-benar nggak memperhatikan apapun di sekitarnya saat ini.

Aku nggak tau lagi ada proyek apa di kantor mama, yang pasti beliau lupa kalo hari ini nilai tengah semesterku diberikan padanya. Rapotnya masih di pangkuan, di bawah laptop dan mama nggak tergoda untuk membukanya. Sampai di depan rumah, mama akhirnya meletakkan semua peralatan kerjanya dan mengantarku turun sampai teras, "ganti baju, makan, kerjain PR lalu kita les ya" mama tersenyum tegas sambil mengusap punggungku
"Mama kan nggak ikut les, kenapa bilang 'kita' ?"
"Eron, mama secara fisik memang nggak di samping kamu, tapi mama selalu pantau perkembangan belajar kamu. Mama tau kok bulan depan ada ujian les gitar kan di Senayan? Makanya Eron les yg serius ya, nanti kita ketemu makan malam di rumah." Mama nggak nunggu jawabanku dan langsung masuk lagi ke mobil bersama Pak Wahyu.


"Gimana sayang rapotnya? Bagus?" Bibi membantuku melepas ransel dan mengganti baju
"Nggak tau. Papa mana Bi?" Bibi tersentak mendengar pertanyaanku. Ia menatapku yang sedang berganti baju. Seolah nggak percaya, Bibi malah mengajak makan "PR-nya banyak Ron? Bibi masak enak loh, ada sayur bayem, dan tadi pagi Bibi beli mangga buat Eron"
"Papa mana?" Aku bertanya lagi, kali ini menatap Bibi yang masih mengumpulkan seragam kotorku di lantai kamar.
"Eron, mau makan dulu atau ngerjain PR dulu?" Bibi selesai dengan baju kotorku lalu menggandengku keluar kamar.
"Eron mau ketemu Papa, Bi"


"Papa kan kerja, nanti malem baru pulang. Nanti malem Eron sama Mama sama Papa makan bareng juga sama Kak Irfan. Sekarang kita makan dulu baru kerjain PR ya?" Bibi membuat nada yang cukup meyakinkan aku. Aku sendiri bukan nggak inget kalo Papa dan Kak Irfan sudah nggak ada. Aku hanya mau pertanyaanku dijawab, dan aku udah nggak peduli lagi jawabannya jujur atau bohong. Aku hanya mau dilihat, didengar dan dijawab.

No comments:

Post a Comment