Tuesday 8 April 2014

Mesin Fax

Dian berlari kecil menelusuri selasar kampusnya. Di ujung lorong, ia berhenti dan menoleh pada Awan, kawannya sejak masa sekolah, "nyet, mesin fax dimana ya? Gue mau ngirim undangan nih satu lagi ketinggalan!" ia terengah engah dari lari kecilnya. Awan menjawab singkat pada jelas, "Marketing"

Dian bengong sejenak, otaknya berpikir keras. Pasalnya satu kata yang disebutkan Awan barusan adalah tempat paling keramat buatnya. Kepala staff Marketing adalah mantan pacarnya. Delapan skenario dapat terpikirkan oleh Dian jika dia mengikuti saran Awan untuk mengirim fax dari kantor Marketing.

"Emang enak?! Makanya jangan cari gara-gara sama staff kampus" Awan nyengir bahagia melihat Dian masih berwajah kusut dan stress. Ia menepuk nepuk bahu Dian sambil mendorongnya berbalik arah menghadap ruang Marketing. "Semoga perlindungan Allah tetap menyertai elo, kemanapun elo pergi, dan siapapun yang elo temui, hahahha" tawanya riang sekali menatap punggung Dian yang berjalan menjauhinya.

Langkahnya gontai menuju kantor Marketing dan menggenggam lemas selembar dokumen untuk dikirim via fax. Nasib.