Sunday 16 November 2014

Antara Interstellar dan Kebesaran Tuhan

Jarang jarang kan gue bahas soal agama dan mengekspos sisi religius gue yang setipis kumis Iis Dahlia. Interstellar, Alquran dan kekuatan waktu.

Interstellar bilang, 1 tahun lamanya di luar angkasa sana, let's say wormhole, atau Jupiter, 12 tahun lamanya. Selanjutnya ada perbedaan 23 tahun lagi di cakupan angkasa berikutnya. Wow, I was like, lama amat yah berarti waktu berjalan di sana. Sekilas kepikiran masuk akal di otak gue, karena perbedaan 12 jam dari Indonesia dan Amerika aja benar adanya kok, jadi kenapa perbedaan waktu dari bumi dan lapisan luar Bimasakti fiktif adanya? Simple logic sejauh ini, karena otak gue emang gak sampe kalo logikanya ketinggian.

Dari Al Qur'an yang gue tau, 1 tahun di bumi itu bertahun tahun lamanya di akhirat. Makanya serem kan kalo kita sampe masuk neraka dimana siksaan kita nanti akan sesuai dengan kesalahan kita selama di bumi dikali sekian kalinya. Durasi siksaan kita di neraka juga akan berkali lipat dibanding waktu di bumi. Seinget gue nggak di akhirat aja, bahkan di alam kubur pun demikian.

Kalo dibandingin dengan teori teori sains terutama yang ditekankan di film Interstellar karya Christopher Nolan, berarti angkasa di luar sana, relativitas waktunya adalah lebih lama lagi dibanding relativitas waktu di akhirat.

Mengutip Surat ArRahman ayat 33 dimana Allah mewahyukan:
"Wahai seluruh jin dan manusia, tidaklah kalian sanggup melampaui semesta, surga dan bumi kecuali atas izin Allah. 
Jelas dituliskan secara literal bahwa Allah yang sanggup mengizinkan manusia (dan jin) mengeksplor semesta alam dan seisinya, dengan teknologi, kemampuan berpikir dan temuan temuan manusia lainnya.

Sayang manusia banyak yang melupakan atau mengesampingkan faktor keimanan, ketuhanan dan keilahian, dan justru malah membanggakan kemampuan mereka dalam menjelaskan fenomena alam dengan pengetahuan scientific mereka. Manusia bahkan simply sering merasa bangga atas diri mereka dan merasa unggul dibanding makhluk lainnya. Bahkan sesama manusia-nya pun mereka saling menyombongkan dan menjatuhkan. 

Masih dari film Interstellar, kebesaran Tuhan yang lainnya adalah perasaan dan sensitivitas manusia terhadap rasa cinta dan perasaan kemanusiaan lainnya; rindu (Murphy kepada Cooper dan sebaliknya), benci (Tom kepada kawan Murphy yang ingin menolong anak dan istri Tom), takut (Murphy saat ayahnya akan pergi), protektif (Professor Brand kepada teorinya), terlalu mencintai (Mann kepada dirinya sendiri), terlalu percaya diri (TARS, well I know he's not human, but he's arrogant), terlalu naif (Amelia yang malah membuat Doyle mati), egois (Cooper saat melihat possibility dirinya menjadi hero untuk bumi dan mengabaikan peringatan Murphy) serta sekian banyak perasaan manusia yang bahkan penjelasan psikologis-pun justru akan menguatkan adanya kekuasaan Tuhan dalam segala aspek kehidupan.

Again, masih mengutip dari wahyu Allah di Quran surat Al An'am ayat 59:

"......tidak sehelaipun daun jatuh kecuali Allah mengetahuinya."

Jadi,

nggak usah sejauh nalar ilmiah untuk memahami Interstellar, gue sih yakin Allah itu besar dengan segala kekuasaannya. Dan rugilah manusia yang merasa dirinya tidak berpenguasa, paling berdaya dan paling benar adanya.