Rasa Takut yang Begitu Indah
Ada rasa takut yang membuatmu lari. Tapi ada pula rasa takut... yang justru membuatmu kembali.
Malam itu hening. Angin menyusup di sela jendela kamar. Lampu redup. Dan di layar ponselku, suara tilawah Al-Qur’an menyusup perlahan ke dalam hatiku.
Lalu aku menangis.
Bukan karena hidupku sedang berantakan. Bukan karena aku sedang kehilangan siapa-siapa. Tapi karena untuk pertama kalinya, aku sadar:
Aku akan mati. Dan setelah itu, semuanya dimulai.
"فَأَمَّا مَنْ أُوتِيَ كِتَابَهُ بِيَمِينِهِ..."
“Barangsiapa yang diberikan kitab catatannya dengan tangan kanannya...” (Qur’an 69:19)
Ayat itu tidak menyeramkan.
Tapi aku menggigil.
Kenapa? Karena di antara segala rasa takut yang pernah aku alami dalam hidup ini — gagal ujian, kehilangan kerja, ditinggalkan manusia — semuanya menjadi kecil di hadapan rasa takut akan hisab.
Bukan hanya karena takut masuk neraka. Tapi takut... berdiri di hadapan-Nya, dalam keadaan hina.
Takut saat amalku ditimbang dan bumi bersaksi atas setiap langkah kakiku.
Takut jika nikmat-nikmat yang selama ini kuanggap biasa — udara, usia, waktu, kesehatan, aib yang ditutup — berubah menjadi saksi yang menuntut.
Dan anehnya...
Rasa takut ini indah.
---
Karena dari rasa takut inilah aku mulai kembali.
Aku mulai bicara pada diriku yang paling jujur:
"Apa kabarmu, jiwa? Sudah sejauh ini kita berjalan... tapi ke mana sebenarnya arahmu?"
Takut ini bukan seperti gelapnya ruang sunyi. Tapi seperti cahaya yang membutakan — membuatmu sadar betapa selama ini kamu tertidur, dalam kenyamanan yang palsu.
---
Ketakutan pada siksa Allah bukan penderitaan. Ia adalah nikmat bagi yang berakal.
Karena dari situ, lahirlah harapan.
Dan dari situ pula, lahirlah kerinduan.
Rindu akan wajah yang tak pernah kita lihat, tapi kita yakin — di sana ada Rabb yang akan menyambut hamba-Nya yang datang dengan hati yang bersih.
Dan kita tahu...
"Barangsiapa yang takut kepada Rabbnya, pasti ada dua surga baginya." (Qur'an 55:46)
---
Ya Allah, jadikan takut kami ini takut yang memperindah, bukan yang melemah. Takut yang menuntun, bukan yang menjatuhkan. Takut yang membuat kami lari... ke arah-Mu.
Comments
Post a Comment