Friday 19 March 2010

Pertemuan Si Hearty dan Si Senseless (8)

"Senseless, kamu aku perhatiin dari tadi kok diem aja.. kamu mau eek ya??" Hearty bertanya nyaris berbisik pada Senseless yang tersentak dari lamunannya dan menjawab, "kamu siapa sih sebenernya?"
Hearty menarik tubuhnya mundur dan menjawab dengan nada yang sama, "kamu siapa?"
Senseless mengeluarkan secari kertas dari selipan kakinya dan mengangkat itu ke wajah Hearty. Sambil mengulang pertanyaannya, Senseless menatapi raut muka Hearty yang setengah panik.
"Itu apa?? kok kamu punya itu juga??"


"Ini punya kamu, tadi jatuh dari jaket kamu.." Wajahnya beku, lebih beku dari biasanya
"Itu..alamat ayah aku..di Jogjakarta..sejak cerai sm ibu, dia pindah ke Jogja, aku udah lama nggak ketemu ayah.. kamu, tau dia?"
Senseless termenung, ia memilih tidak menjawab pertanyaan itu. Ia mempersilahkan Hearty duduk dan mulai membayangkan kemungkinan bahwa Hearty adalah sepupunya.
"Siapa yg nulis ini buat kamu?" Senseless menyelidik penasaran
"Ayah sendiri, dia terakhir ketemu aku ya sekitar 3 taun yang lalu, makanya pas aku denger dapet job di Jogja ya aku cari lagi alamat itu. ketemu deh.. nanti kita kesana yah, Senseless, aku kangen ayah.." Hearty mulai memasang wajah memelas


Bus melanjutkan perjalanan dan waktu menunjukkan pukul 2 malam. Senseless masih terjaga sementara Hearty mengangkat-angkat ponselnya mencari signal. Senseless hanya menggeleng pelan melihat tingkah laku anak kecil bertubuh besar di sampingya. Ia membuka pembicaraan dengan tetap menjaga nada ketusnya.


"Pak Jumirin itu paman aku." Hearty mendengar lalu menoleh pelan, namun ia kembali pada ponselnya dan tidak menanyakan balik atau menanggapi pernyataan Senseless.
"Mama bilang Pakde Jumirin itu kakaknya, aku nggak pernah bener-bener ngerti silsilah keluargaku, nggak peduli." Senseless bisa merasakan Hearty mulai memandangnya. Hearty tetap diam dan membiarkan Senseless bercerita, sesekali ia ingin juga membuat Senseless kesal karena tak didengar.
"Dan kalo kamu mau kesana, aku nggak akan izinin." Kali ini Hearty refleks menepuk bahu kanan Senseless dan berkata dengan sinis "Dia itu ayahku, Senseless, nggak semua anak kayak kmu, nggak peduli sama keluarga!!Aku mau ketemu ayah, terserah kalo kamu nggak mau nemenin aku!!" Hearty membuang wajahnya kembali menghadap jendela.


Senseless kembali larut dalam lamunannya, ia tertidur pada pukul 3 pagi dan Hearty mengguncangnya saat bus berhenti untuk sarapan. "Kamu mau makan apa? Kita udah mau sampe.."
Senseless diam dan kembali memejamkan mata. Ia tidak melanjutkan tidurnya, terasa olehnya Hearty berlalu melewatinya untuk turun mencari makanan. Dibiarkannya.


Sesaat setelah membungkus beberapa lontong dan minuman, Hearty kembali ke bus dan menemukan kursi Senseless kosong. Ia yakin benar Senseless tidak keluar bus, karena penjual makanannya tadi berada di dekat pintu persis. Di toilet tak ada siapapun, Hearty mulai panik lalu meraih ponselnya. Perasaannya kecal campur khawatir.
"Kenapa sih kalo ninggalin pesen atau telpon dulu? SHIT!!!"
baterai ponsel Hearty habis sama sekali. Tinggal ia kini terpaku berdiri di dekat kursi Senseless menatap kosong pada layar ponselnya.


Cukup lama Hearty diam berdiri dan sebuah tangan meraih bahu kanannya dari belakang.


-----------------------------bersambung------------------------------------

No comments:

Post a Comment