Posts

Showing posts from August, 2010

dimana kalau saya bilang hijau

maka warnanya berubah jadi warna hijau. sama seperti jika saya bilang jauh, maka jaraknya jadi jauh. lalu saya diam, benar benar sunyi. semuanya terserah saya.

satu desember (part 4-end)

Sandra bangkit namun rusuknya tidak terasa. Mego merogoh saku jaketnya, dibisikkannya ke HT, “Sandra siuman” air mata Mego menetes. Ia memeluk eart tubuh Sandra yang masih lemas dan rapuh. Kaus hijaunya koyak dan masih basah oleh keringat. Mego mengangkat tubuh Sandra lalu seketika pasukan berkostum serba putih menjatuhkan tandu sederhana di sisi Sandra. Mego melepas genggaman tangan Sandra dan mengekor regu putih yang membawa Sandra. Tiba-tiba sebuah tangan menyentuh pundak kanannya diikuti suara, “ini punyalo, Go!” Yusuf menyerahkan jaket kulit kepada Mego, dengan sedikit kerut di keningnya karena Mego telah mengenakan jaket di tubuhnya. Disambut jaket bukan miliknya itu dengan lemah,lalu Mego beranjak. Gelap malam sudah menyelimuti arena riuh tersebut. Terbayang oleh Mego betapa penat tempatnya tadi berdiri. Kini Mego terpaku, menatap hampa dan perih ke sudut ruangan. Arloji di tangan kirinya pecah berdarah dan masih menunjukkan pukul 3 pagi. Dinyalakan mesin Honda CBRnya.. melesat....

satu desember (part 3)

“BUKK!!!” untuk kedua kalinya Sandra terhantam dan terjatuh lagi. Pria berhelm terjerembab. Ia melihat sekelilingnya dengan sudut kelopak mata berdarah dan dalam posisi berlutut, ia melihat banyak kaki berduri. Kaki-kaki tersebut menjauh dari tubuhnya dengan gerakan yang makin liar, namun kaki-kaki itu tidak menyakitinya. Sandra terkulai di pangkuan pria berhelm, keringat dingin dari rambut ikalnya menetes ke wajah Sandra. Saat itu ia merindukan sorotan lampu tembak dari belakang. Ia mencar.. Ia berdoa.. Ditolehkannya kepalanyaa ke belakang. Lamput sorot telah padam, menghilang. Segera ia meorogh saku celana Sandra dan mengeluarkan HT yang tak berdaya. “Shit!!” ia mengumpat kesal. Di tengah kebingungannya, Ia merasakan lengan kirinya bergerak. Matanya yang berdarah mulai terasa perih. Di usapnya dahi Sandra dengan tangan kanannya untuk membersihkan tetesan darah yang mengalir konstan. Lalu tetesan darah itu beralih ke bibir Sandra, “Sandra, if you could hear me, please let me know” sua...

satu desember (part 2)

BUKK!!! Sandra tergeletak tak sadarkan diri. Seorang berhelm mematikan Honda CBR-nya lalu mengangkat tubuh mungil Sandra tinggi-tinggi. Tiga lampu sorot mengikuti langkah pria tersebut. Suara gegap gempita teredam oleh isak tangisnya. Lampu sorot terus mengikuti gerakan tubuhnya. Ia bergerak membawa Sandta dalam pelukannya. Diiringi kedipan lampu sorot di sudut matanya, seketika ia mengeluarkan HT tanpa menjatuhkan Sandra, “anjing!! Dia pingsan!” HT-nya bergemerisi, “keluar lewat 70, Don!! Yusuf baru bubaran masih nunggu!” Pria berhelm mengededarkan pandangan di antara ribuan orang yang bergerak bebas di ruang pengap itu. Siang yang penat itu menambah erat kuncian helm di kepalanya. Ia menitikkna pandangan pada suatu sudut yang penuh asap. Ia menuju sudut tersebut. Sambil mempercepat langkahnya, ia masih mendekap Sandra kuat-kuat di dadanya. Di tengah kesusahpayahannya melewati kerumunan orang ke arah sudut berasap itu, HT-nya menjerit di pinggangnya,”Doni pingsan di pintu masuk!” Pria...

satu desember (part 1)

Satu Desember Seperti layaknya rasa lelah, takut adalah pilihan. Sandra menghadapi rasa takutnya siang itu. Panggung raksasa di hadapannya terlihat bergoyang. Goyangannya makin kuat. Sandra nyaris menjerit di HT-nya. Teriakannya seperti larut dalam ricuh dan riuhnya massa di sekeliling Sandra. Untuk yang terakhir kalinya Sandra berteriak dengan sisa tenaganya “45, 46, MUNDUR!!!” Ia mencabut kabel handsfree di telinganya dan dengan gesit menyelinap di antara kerumunan manusia yang dipertanyakan kemanusiaannya. Terus bergerak cepat menuju pintu utama. Sesekali ia terjerat di antara orang-orang yang bergoyang tak beraturan. Langkahnya pun sudah sekuan kali terhimpit ratusan sepatu besar yang menendang, menginjak dan menjagal kaki mungilnya. Keringat benar-benar telah mencuci habis kaos hijaunya. Sandra terus berlari, menghindar dan menunduk sambil terus mencuri pandang kea rah panggung raksasa itu. “Sandra! Sandra!! Sandra, ini Mego! Jawab Sandra!” suara kekasihnya bergemrisik d...

sepuluh menit menjelang sidang pengasuhan anak

saya. sejak perceraian kedua orang tua saya, saya sedang diperebutkan dari sudut hukum dan kejiwaan. katanya umur saya ini adalah umur pertumbuhan dimana saya harus diasuh oleh ibu saya. namun secara hukum, ibu saya tidak bisa mengasuh saya karena beliau sudah tidak bekerja lagi. saya sendiri sebenarnya tidak menyukai keduanya. ibu saya sering memukul saya tengah malam tiap saya terbangun. saya meminta susu dan digantikan popok yang basah. sayangnya ibu terlalu lelah setelah memasak dan mencuci baju tetangga kami. kata nenek saya, seharusnya ibu tidak menikah muda dengan duda kaya. saya sendiri tertawa terbahak-bahak mendengar ocehan nenek. ibu hanya ngedumel dan mengerutkan keningnya seraya meracik biskuit untuk saya. ibu bilang saya ini anak haram, namun saya kembali tertawa mendengarnya. orang yang disebut ayah oleh ibu itu adalah seorang yang tinggi besar dan menyeramkan. entah kenapa, setiap sebulan sekali saat ayah berkunjung, matanya yang bijak itu selalu menatap saya dengan lem...

satu waktu di bulan agustus

sekarang saya sedang mengetik pada keyboard yang sangat tidak nyaman hanya untuk menceritakan rencana saya di bulan agustus ini. oke, penduduk kantor sudah heboh membicarakan tunjangan hari raya yang kabarnya akan jatuh sebanyak dua kali selama agutus ini dan september yang akan datang. di sudut kanan ruang kerja saya, adalah divisi iklan dan promosi yang heboh merencanakan mengambil cuti bersama untuk berlibur ke lombok dan nusa tenggara. mereka adalah sekumpulan remaja kreatif berusia 20 sampai 25 tahun. hampir semuanya belum menikah dan kepala divisinya adalah seorang jenius kreator logo dan slogan perusahaan kami. namanya Dwi, ia berusia 23 tahun, sungguh bukan usia "kepala" namun ternyata ia membekuk habis kesombongan Listy, 30 tahun di rapat pertamanya sewaktu baru tanda tangan kontrak kerja. saya ingat betul bagaimana pertanyaan sulit Listy dijawab dengan senyum dan beberapa patah kata seperti "terlalu banyak pengalaman buruk yang kita lewati seharusnya menjadikan...