Monday 9 August 2010

satu waktu di bulan agustus

sekarang saya sedang mengetik pada keyboard yang sangat tidak nyaman hanya untuk menceritakan rencana saya di bulan agustus ini.

oke, penduduk kantor sudah heboh membicarakan tunjangan hari raya yang kabarnya akan jatuh sebanyak dua kali selama agutus ini dan september yang akan datang. di sudut kanan ruang kerja saya, adalah divisi iklan dan promosi yang heboh merencanakan mengambil cuti bersama untuk berlibur ke lombok dan nusa tenggara. mereka adalah sekumpulan remaja kreatif berusia 20 sampai 25 tahun. hampir semuanya belum menikah dan kepala divisinya adalah seorang jenius kreator logo dan slogan perusahaan kami. namanya Dwi, ia berusia 23 tahun, sungguh bukan usia "kepala" namun ternyata ia membekuk habis kesombongan Listy, 30 tahun di rapat pertamanya sewaktu baru tanda tangan kontrak kerja. saya ingat betul bagaimana pertanyaan sulit Listy dijawab dengan senyum dan beberapa patah kata seperti "terlalu banyak pengalaman buruk yang kita lewati seharusnya menjadikan kita banyak belajar dari kesalahan, bukan menghindar dari kemungkinan adanya kegagalan lagi di masa depan. kenapa kita takut gagal?" Dua bulan kemudian Listy dimutasi ke Surabaya, perusahaan lain, divisi lain pastinya (baca: dipecat). Dwi kontan jadi kepala divisi di tahun pertamanya di kantor kami. sekarang, ia kembali berkelakar tentang rencana liburan dengan teman-teman prianya. tak lupa menasehati rekan wanitanya untuk selalu waspada bila ingin liburan bersama sang pria di kelompok mereka. tak jarang tawa mereka memicu tawa saya juga. menurut saya, mereka adalah grup sosialita yang asik dan profesional dalam bekerja. hingga akhirnya, saya dengar keputusan mereka untuk naik bus dan backpack ke lombok setelah hari raya.

bagian tengah ruang kerja saya diisi oleh sekelompok remaja humas dan media relations. mereka senang sekali menyebut diri mereka "orang PR" dan merekalah yang selalu up to date dalam berbusana ke kantor. saya jarang sekali melihat mereka mengulang pakaian yang sama dalam rentang waktu dua minggu bahkan sebulan. kepala divisi mereka adalah Ana, 27 tahun, single dan sangat stylish. telepon genggamnya hanya berhenti berdering saat ia menjawab telepon masuk dan saat rapat. saya selalu melambaikan tangan 10 menit sebelum bicara dengan dia untuk memberikan kode "saya mau bicara sama Anda, Bu Ana" dan ia selalu menjentikkan jari untuk menandakan saya bisa mulai bicara padanya. sering kali pembicaraan kami tersela oleh lima jari kirinya yang terangkat menandakan "shut up for a while or I'm not gonna get what you're talking about" karena ia menjawab telepon masuk di handsfree-nya. siang ini tanpa Bu Ana, sang anggota PR-media relations membahas rencana pagelaran fashion show di Jakarta pada akhir tahun sesudah hari raya. saya sih yakin tunjangan hari raya mereka cukup sekali untuk digunakan terbang PP jogja-surabaya selama seminggu penuh. dan rencana mereka, sudah bisa dipastikan akan membawa keuntungan tersendiri bagi kantor kami karena mereka akan menyetor ratusan nama calon klien potensial dari ibu kota. keren sekali anak buah Bu Ana.

di dekat saya, sebelah pojok kiri dekat dispenser, adalah staf administrasi perusahaan. mereka memegang peran terpenting dalam aktivitas sehari-hari kantor ini. yang membuat saya tersentak adalah saat mendengarkan obrolan sore mereka. kebiasaan obrolan sore ini menginspirasi saya untuk memanfaatkan waktu kerja dengan baik dan memilih jam pulang kantor untuk ngerumpi. saya salut pada tim dedikatif ini. jadi obrolan sore mereka adalah rencana berapa persen yang akan mereka kumpulkan untuk membantu pembangunan mushola di gang belakang kantor kami. rasanya saya mau tertawa sekaligus menangis mendengar rencana mereka. tertawa karena mereka akan mengumpulkan uang yang dimaksud dari sisa mudik ke kampung halaman masing-masing dan memberikan salam tempel pada kerabat mereka disana. itu berarti akan habis banyak dan hanya menyisakan sedikit untuk dikumpulkan. lalu seketika itu juga saya mau menangis karena setelah mereka kalkulasi, sisa uang minimal yang bisa mereka kumpulka ternyata cukup untuk melengkapi sound system mushola dan menyelesaikan tempat penurasan sekaligus. iri sekali saya pada niat baik mereka. Iman, 32 tahun, ayah dari 2 anak, kepala divisi administrasi adalah orang tegas dan penuh perhitungan, tapi saya nggak nyangka dia membawahi belasan orang yang berhati mulia.

saya?
rencana bulan agustus saya hanya satu: membeli beberapa barang. tunjangan hari raya saya hanya akan saya pakai untuk membeli sepasang sarung untuk adik dan ayah saya. tak lupa saya beli mukena untuk ibu dan saya sendiri, akan membeli sebuah keyboard baru untuk komputer ini.


--aduh, masih banyak yang ingin saya tulis, namun saya harus segera pergi. mbak Widi, staf keuangan akan segera kembali dari toilet untuk kembali mengetik disini setelah tadi kami sepakat untuk mengizinkan saya main Facebook di komputer dia ini asal saya belikan keyboard baru untuknya. Lagipula saya harus membersihkan ruang kerja Pak Bayu--

sekian.
Bimo, office boy.

No comments:

Post a Comment