Posts

Showing posts from September, 2012

we do things we don't actually want.

"sayang, nikah yuk!" seketika mata Airin membelalak menatap Kia terkejut. Ia terjebak dalam tiga menit tayangan ulang di otaknya ke masa tiga minggu lalu. Dimana ia membahas masalah pernikahan dengan Ibunya, dan itu bukan hal mudah untuk Airin karena ia harus meyakinkan Ibunya bahwa dalam jangka dua tahun, Airin akan berusaha sudah menjadi istri seseorang; either Kia atau siapapun yang serius dengannya. *** "Memang Kia nggak serius sama kamu, nak?" Adonan banana bread di tangan Ibu mulai membaik dan hampir siap di panggang "Serius sih kayaknya, Bu. Airin aja yang belum yakin sama diri sendiri" Airin sibuk menyiapkan loyang-loyang yang akan menjadi alas cetakan banana bread Ibunya. "Kok kamu?" "Airin nggak yakin bisa membahagiakan suami Airin nanti, belum tuntutan jadi Ibu rumah tangga, seandainya bener sama Kia. Kayaknya Kia mau punya istri rumahan gitu, Bu. Sedangkan kerjaan Airin kan Ibu tau sendiri, harus sering keluar rumah dan bi...

being too busy to see the obvious.

Image
pagi tadi saya ran into an old British veteran, he was bloody nice dan orangnya masih semangat banget di umur 70an. Dia cerita services dia di masa King dan Queen 60 tahun yang lalu, dan dengan bangga menunjukkan badges dan medal dia di baju yang terbungkus coat tebal. Tongkatnya kokoh dan baretnya terpasang rapi menutupi kepala yang rambutnya memutih. Saya berkali kali bilang "that is fantastic", "how beautiful" dan "awesome!" setiap dia cerita setiap medal yang dia dapat. Lalu kepikiran pejuang-pejuang veteran Indonesia yang namanya nggak tercantum di buku sejarah. Saya yakin segelintir makhluk tua renta itu dulunya gagah dan berwibawa, jasanya membawa saya secara nggak langsung ke benua seberang untuk menuntut ilmu, namun terkadang saya terlalu silau dengan modernisasi jaman sehingga saya nggak notice sejarah. The only thing that I could remember about heroism is veteran house near Manggarai. Nggak pernah keliatan aktivitas siapapun di rumah itu, d...

ask yourself before you blame others.

saya kasih disclaimer di awal dulu ya: saya nggak sempurna dan jelas judul postingan ini juga berlaku untuk saya. Terinspirasi dari jutaan keluhan warga Jakarta, dan terakhir, rekan saya Haikal yang ngetwit: "@haikalmaksum69: Mati gw. Di Thamrin, macet ga bergerak, dan 16 menit lagi mulai 3in1..." Specifically, 3in1 menurut saya adalah salah satu strategi pengurangan kemacetan lho. Secara konsep saya suka adanya ide peraturan 3in1. The problem is; how feasible this concept is untuk diterapakan di kawasan protokol ibu kota. Mengacu pada website POLDA Metro tentang kawasan yang ditetapkan sebagai jalur 3in1 , signifikansinya adalah menjadikan daerah-daerah pusat aktivitas kota jadi lebih efisien dengan less cars on the street and more people using public transport if not possible to be in one car with strangers. Iyalah diliat dari wilayah-wilayah ini, sebagian besar memang gedung kantoran, pusat perbelanjaan, terminal dan bahkan sekolah... (whoops, not talking about city...

towards the other world.

I was sitting on my couch, a laptop on my lap and a cuppa on the table next to the couch. Typical winter evening, waiting for my husband to come home. Suddenly my phone beeped and there are two incoming messages; "happy anniversary" and "looking forward to your surprised face when I come home later". I smiled. I kept typing my annual report which deadline was the week after. A knock on my door startled me because no one's supposed to be home by this early, especially not my husband. It turned out my mom having a surprise visit on my birthday. I put down my laptop and clear up my coffee table, she hated my coffee habit. "My baby girl now turned 30, and I am so proud of your independence and beauty", she hugged me as if I was a 7-year-old girl. I frowned at her surprise. "Mom, stop treating me like this! My husband's gonna be home in no time and I want you to leave, now!" I hissed at her and could tell her painful face hearing me saying ...

September Tahun Ini.

Masih nggak percaya bahwa ternyata Tuhan kasih saya kesempatan untuk tidak menyukai bulan September. Selama ini bulan musim gugur ini jadi kesukaan saya dan selalu yang dinanti tiap tahunnya. Tahun ini, 2012, sungguh September adalah bulan renyuh buat saya. Studi master saya resmi selesai saat tanggal 3 saya submit disertasi saya, kontrak rumah habis juga bulan September dan saya harus pindah ke rumah baru; which means packing in and out and in lagi sama barang-barang. Temen-temen terbaik saya di Inggris satu satu dan pelan pelan semua terbang pergi, Eropa dan Indonesia mostly, dan buat saya painful banget harus melepas Lewis, Nikhita, Wei, Silvi, Reyhan dan Gonggom di consecutive weeks selama September. Sepi. Sebenernya kalo dipikir-pikir, saya tetep bisa naksir sama bulan ini. Selain umur saya yang akan segera bertambah jadi dua lusin, saya juga siap menyongsong gelar baru di kehidupan baru dimana tantangan hidup akan semakin liar dan menarik. Bucket list saya masih beberapa men...

Renyuh

"Renanda, aku nggak tau gimana harus membereskan luka hatimu setelah kamu selesai membaca email ini. Aku rasa kita harus putus, orang tuaku serius dengan perjodohanku dengan Citra dan aku pikir nggak ada gunanya kita teruskan hubungan kita. Aku tau kamu orang yang kuat, dan setelah percakapan kita kemarin, kayaknya aku tau kamu cukup ngerti dan paham keadaanku. Aku pengen kita tetep temenan dan meet up some time in the future. Please stay cool as you are." Bondan cuma menuliskan beberapa kata di surat elektronik itu. Aku hampir berlari menuju warnet ini dari rumah singgahku yang tidak memiliki jaringan internet untuk membaca ini. Ponselku mati sejak minggu lalu dan aku nggak tau bahwa Bondan akhirnya memilih Citra dibanding aku. Hubungan kami baik-baik saja sejak orang tua Bondan pulang dari dinas mereka di Rusia dan mengenalkan Citra kepada Bondan sebagai calon menantu idaman mereka. Aku renyuh. *** "Bondan, aku nggak perlu kenal kamu lama untuk tau bahwa kamu ba...