Sunday 2 September 2012

Renyuh

"Renanda, aku nggak tau gimana harus membereskan luka hatimu setelah kamu selesai membaca email ini. Aku rasa kita harus putus, orang tuaku serius dengan perjodohanku dengan Citra dan aku pikir nggak ada gunanya kita teruskan hubungan kita. Aku tau kamu orang yang kuat, dan setelah percakapan kita kemarin, kayaknya aku tau kamu cukup ngerti dan paham keadaanku. Aku pengen kita tetep temenan dan meet up some time in the future. Please stay cool as you are." Bondan cuma menuliskan beberapa kata di surat elektronik itu. Aku hampir berlari menuju warnet ini dari rumah singgahku yang tidak memiliki jaringan internet untuk membaca ini. Ponselku mati sejak minggu lalu dan aku nggak tau bahwa Bondan akhirnya memilih Citra dibanding aku. Hubungan kami baik-baik saja sejak orang tua Bondan pulang dari dinas mereka di Rusia dan mengenalkan Citra kepada Bondan sebagai calon menantu idaman mereka. Aku renyuh.

***



"Bondan, aku nggak perlu kenal kamu lama untuk tau bahwa kamu baik dan pintar. It's just me who's being oblivious about us in the future. I don't see myself enjoying your kind company and that is totally not your fault, it's me. Orang tuaku udah aku brief soal rencanaku mengambil S3 di Czech, dan mereka setuju. Kita nggak akan nikah dalam waktu dekat, dan aku nggak janji akan bisa fulfil their will to unite us. Aku denger kamu punya pacar, if she's good enough, I completely suggest you to just stick with her. She deserves a guy like you I think. Maaf ya Bondan, hope everything goes well with your future endeavour and our good friendship." Citra akhirnya selesai merangkai email singkat tentang pembatalan pertunangannya dengan Bondan. Jelas Citra menolak tawaran nikah muda, selain karena ia baru selesai S2, juga karena menurutnya Bondan bukan pria yang tepat untuk berbagi kepenatan dunia politik dengan Citra. Lalu Bondan renyuh.

***


"Hi Firman, sorry baru bales! Susah banget sinyal disini you know, dan host family aku nggak punya internet. Of course we even struggle to live without electricity. Anyway, aku sehat, dan minggu depan aku balik ke ibu kota! Please give me two days of that week to spend with you, bebas mau kemana aja. I'm having a week off afterwards. Bestest regards, Renanda." Aku malas berbasa-basi panjang di email kepada Firman, terutama pada saat renyuhku masih meraja di hati dan ruas otakku. Firman bukan cowok yang luar biasa, tapi ia juga bukan tipe cowok biasa. Firman menyenangkan. Mungkin dua hari dengannya bisa menguatkan lagi aku dan perasaanku yang renyuh.

***

No comments:

Post a Comment