Wednesday 26 December 2012

Surat Terbuka Untuk Afi.

Cecil meninggal hari ini karena kanker lidah, tapi justru my attention went to my dearest friend, Afi.




Dear Afi,


Pertama kali kita kenalan, di kampus A LSPR, Jane yang ngenalin kita. You were with your baju jawa and eccentric appearance, dari dulu gue tau kalo elo seniman. I was right, beberapa waktu kemudian, gue liat hasil karyalo baik visual maupun audio. You were attractive, considering how I define "attractive" guys.

Kita nggak ngobrol banyak, nggak pernah sekelas, dan bahkan jarang banget ketemu. Waktu gue sapa lo sebelum lo perform gak-tau-apa-temanya tapi itu buat charity event LSPR di Ritz Carlton atau Sahid, gue lupa. You were fucking awesome with gue-lupa-nama-alat-musik-yang-lo-bawa waktu itu. Gue juga lupa gimana, tau-tau gue bawain alat musik itu di mobil gue, kayaknya gara-gara adimas minta tolong atau gimana.


Semester sekian kuliah, kita baru sering ketemu di smoking area kampus B. I remember you were with your cigarettes and Bea all over you as a beloved girlfriend that time. Gue baru bilang sama Babang dan Nandha dan Dhita bahwa gue tertarik sama elo. None of them suggesting I should go ahead, as they know you were madly in love with Bea. Terus dari situ, gue tau lagi, bahwa elo adalah tipikal cowok setia yang loving dan susah move on. You give full faith to relationship and you work hard for it to happen. Impressive.


Gak lama itu, bertepatan kita mulai skripsi, elo udah nggak sama Bea dan terlihat sedang berusaha move on. Kita sering ketemu di perpus dan kebetulan waktu itu gue lagi bantuin skripsi temen-temen yg lain, dan gue udah jadian sama Adimas. Right the day after I firstly met your wonderful mom. I helped you out a bit di skripsi sih, kayaknya gue inget lo nulis nama gue di lembar acknowledgement. Hahhaha.


One day, gue anter something buat Ibu. Kayaknya oleh-oleh dari umroh, tapi pas di rumah ga ada orang. The day after Ibu ngasih gue lasagna buatannya. Terus gue ngobrol sama Ibu, obrolan yang sampe kapanpun kayaknya gue gak akan lupa, dan gak akan cerita sama elo. Hehehe. I'll keep it to myself dan to be honest, sejak kita sempet pulang bareng, I think you're worth the wait. Tapi ya gue gak nyesel juga melewatkanlo dan end up sama Adimas. It was one of the path God has made us. Gue mikir, yaudahlah, temen kayak Afi worth the keep; yang ada kalo gue pacarin dia lalu putus, gue kehilangan juga silaturahmi sama Ibu yang baik banget waktu itu.


Gue akhirnya ke Leeds, elo masih dateng ke farewell gue meskipun baru pulang kerja. See? I knew you're a good friend! Gue masih sama Dimas waktu itu, perasaan care gue nggak berubah sama lo. Cuma kayaknya gue ngerasa lo jaga jarak sejak gue jadian sama Dimas dan gue kasih kacamata ke elo. I swear I hated your glasses that's why I bought you a new pair! Ha ha ha.


A year after, I found out you were dating this Ratri girl, and she looked fine. Gue kebetulan sering liat postingan twitter dan instagramlo soal anything, dari mulai random things, ngata2in orang dan tentu saja, how special Ratri was to you. I was so happy for you. Sampe suatu hari di Inggris sana, gue denger dari Gyanda bahwa lo kena serangan jantung.


I was shocked, gue tanya sana-sini untuk confirm dan alhamdulillah kita punya geng keren di Jakarta yang arrange buat konser charity untuk operasilo. I missed that concert but I'm glad it helped you out a bit.


Anyway, it was a huge relieve that gue akhirnya for good ke Indonesia dan bisa jenguk elo di RS Harapan Kita, dan bawain stupid requestlo! hahahaha! Mungkin bener Tuhan nulisin juga gitu supaya gue bisa ketemu elo, dan ngobrol lagi sama Ibu; obrolan yang gue bilang mau gue ceritain, tapi kayaknya sekarang akan gue simpen sendiri tanpa elo tau.


But then, another tragedy of your life happened to be heard by me; how terrible Ratri turned out to be. Gue masih kesel sekaligus salut sama lo. God must have given you the strongest heart, literally and psychologically. Lo kena koroner, lo survived dan lo masih bisa memaafkan. It's just amazing.


In conclusion, Fi, you're a big guy. Gue nggak pernah nyesel naksir dan melewatkan elo. Turned out memang kita bisa temenan baik and I feel grateful about it. I remembered your Ar Rahman voice note and I do really hope you live a healthy, wealthy, and prosperity life for long. Lo inget gak lo bilang mau jadi fotografer pre-wed gue! Janji lu yey! :)


I remembered how loyal you are to a friend, and open minded about many things. I remembered your courage for me to apply for an impossible job, and I remembered your passion to achieve many things better. I remembered how enthusiastic you were about my current love life as if you wanted it to work too. You're like one of my coolest friends, only you're strong too. And I'm grateful to have a chance to meet you in my life.


See you around, Puy!


Phele.