Tuesday 23 June 2009

Your Fault.

Jakarta, 24 Juni 2009

Dear Tunangan Paksaku,

Kemarin sore,
aku membulatkan tekad untuk menerima lamaranmu,
meskipun aku tak cinta sama sekali padamu,
tapi aku ingin membahagiakan orang tuaku dengan menikah denganmu.
Aku mempersiapkan segalanya, dari kata-kata,
pakaian hingga mimik wajah yang akan kutunjukkan padamu, agar terlihat tulus.
Aku membayangkan kau tersenyum mendengar pernyataanku.

Selama ini kau bilang aku "berbeda" dan aku pantas ditunggu.
Aku selalu tertawa dalam hati mendengarnya.
Kau berhasil membuatku merasa berharga, dan begitu bernilai untuk dimiliki.
Aku tetap tidak cinta padamu. Bila ada beberapa bongkah biskuit dalam mobilmu, bukan karena aku sengaja meletakkannya untuk kau makan, tapi semata-mata memang karena itu yang bisa aku makan di mobilmu yang penuh jaket usang dan senar gitar.
Aku tidak pernah cinta padamu, sungguh, aku hanya sedikit peduli karena kurasa kau punya perasaan.

Sebuah ungkapan yang takkan kuucapkan padamu adalah "aku menerimamu", tapi sore itu, aku seperti lelah dengan airmata semua orang dan keluhan tetanggaku.
Sore itu, aku sangat siap, sekedar menampilkan senyum terbaikku untuk mengungkapkan "aku mau" dalam versimu.

Sore itu, saat hatiku telah menguat,
tanganku telah mengepal lembut,
aku menemuimu di taman kota,
seperti biasa dengan kebisingannya.
Di bawah sebuah pohon, yang kurasa tempat yang tepat untuk berbicara denganmu.
Aku melihatmu bercinta dengan ibuku.

Terekam di otakku bagaimana posisi kalian membuatku muak.
Terekam di otakku bagaimana kau membuatku muak.
Terekam di otakku bagaimana kau menunjukkan kebencian melalui wajahmu.
Terekam di otakku bagaimana kau akan membunuhku suatu hari.
Terekam di otakku betapa ucapanmu padaku hanya di mulut saja.
Terekam di otakku bagaimana kau telah menghancurkan 18.000 mili sel darahku.
Terekam di otakku bagaimana kau akan menudingku dari belakang saat kau berbicara dengan kawanmu.
Terekam di otakku segalanya yang kau lakukan sore itu.


Dalam hatiku menangis, lalu kuurungkan niatku.
Meskipun pada malam harinya kau tersendu menemuiku,
tidak menyatakan penyesalan,
hanya sebuah ungkapan rindu dan berbagai pertanyaan yang dengan mudah akan kujawab dengan,
"kau bercinta dengan ibuku"



Salam,




Tunangan Terpaksamu.