kira-kira apa yang terjadi dalam selang lima detik
kalau sebuah kain dihamparkan di lantai kamarku, kain itu akan terlipat menjadi beberapa lapis. Semata-mata karena kamarku terlalu kecil untuk kain selebar itu. Ayahku memaksaku memakainya sebagai alas tidurku, aku lebih memilih sarung tua yang sering kugunakan untuk sholat ketimbang kain tebal ini. Masalahnya, Ayah selalu bisa membuatku menggunakan kain ini. Lagipula, kalau dirasa-rasa kain ini jadi semakin empuk karena lipatannya yang semakin tebal. Lebih-lebih kalau kamarku menyempit saat Ayah melebarkan dinding partisi kamarnya menekan jatah tidurku. Kami tinggal berdua di ruangan sempit itu. Aku tidak menyebutnya 'rumah' karena ia tidak punya dapur, tidak punya kamar mandi, tidak ada ruang tamu, tidak berjendela cukup dan berdaun pintu selembar papan lapuk. Ruangan ini yang tersisa dari hasil judi Ayah. Aku selalu salut pada kekuatannya menahan diri menjual ruangan ini. Malam kemarin Ayah menang main judi. Agak banyak menangnya sehingga aku dibelikan nasi uduk tanpa lauk d...