Tuesday 4 May 2010

Pertemuan Si Hearty dan Si Senseless (9)

Sesaat setelah membungkus beberapa lontong dan minuman, Hearty kembali ke bus dan menemukan kursi Senseless kosong. Ia yakin benar Senseless tidak keluar bus, karena penjual makanannya tadi berada di dekat pintu persis. Di toilet tak ada siapapun, Hearty mulai panik lalu meraih ponselnya. Perasaannya kecal campur khawatir.
"Kenapa sih kalo ninggalin pesen atau telpon dulu? SHIT!!!"
baterai ponsel Hearty habis sama sekali. Tinggal ia kini terpaku berdiri di dekat kursi Senseless menatap kosong pada layar ponselnya.
Cukup lama Hearty diam berdiri dan sebuah tangan meraih bahu kanannya dari belakang.


"Kita nggak akan ke tempat Pakde Jumirin. Aku benci dia." Dua kalimat Senseless membuat emosi Hearty kembali memuncak. Ia menatap kesal pada Senseless dan mwnjawab "bukan kita, tapi AKU!!"

Mereka kembali terduduk bisu di kursi masing-masing. Hearty sebenarnya penasaran dengan kisah ayahnya dan Senseless. Sejenak ia mengatur nafas dan menyodorkan lontong pada Senseless,"berarti kita sepupu, you know? harusnya kita bisa akur.. ni sarapan, nanti busnya nggak berhenti lagi sampe Jogja.."
Senseless menampik lontong itu hingga hampir terjatuh. Hearty menyingkirkan rasa kesalnya dan terus memancing Senseless untuk membuka mulut bercerita.

Hearty mulai membuka bungkusan lontong untuk Senseless sambil terus berbicara "Kata Ibu, Ayah itu orangnya misterius. Sejak keluar dari angkatan, Ayah milih untuk tinggal di Jogja dan menyendiri. Emang sih, tiga tahun lalu Ayah menghilang secara misterius, tapi Ibu yakinin aku kalo Ayah akan baik-baik aja."

Senseless melirik tajam pada Hearty, matanya memerah membuat Hearty menarik lontong ditangannya dan mulai merasa takut. "Kenapa? Aku salah cerita? Ayahku emang sempet kena masalah, tapi Ibu nggak cerita apa-apa sama aku. Kamu..." Hearty menahan suaranya agar tidak bergetar karena ketakutan. Tatapan Senseless semakin tajam dan mulutnya mulai terbuka, "Pakde Jumirin itu yang bunuh Papaku!!" suara Senseless tersamar dengan suara rem bus yang begitu kuat dan mendadak.

Semua orang di bus berteriak histeris dan Hearty terjerembab di lantai bus di pelukan Senseless. Kepalanya memenuhi rongga dada Senseless dan ia melihat kepala Senseless seketika berlumurah darah sesaat setelah membentur kaca jendela di deretan sebrang. Hearty bangkit melihat sekeliling. Bus mereka jatuh ke tebing landai di sebelah jalan raya dan sebagian besar penumpang bus terluka dan tertindih satu sama lain. Hearty bangkit dan mengangkat kepala Senseless, diletakkan kepala berdarah itu di pangkuannya dan iapun ikut jatuh pingsan.

Saat membuka matanya, Senseless melihat sekeliling. Tidak ada siapapun, ia mendengar denyut nadinya sendiri. "Hearty, dimana Hearty?" Bibirnya tak dapat mengeluarkan suara, batinnya hanya berkata sendiri. Ia mengingat-ingat kejadian yang menimpanya. Ingat, ia sedang menceritakan Pakde Jumirin pada Hearty, ingat, Pakde Jumirin adalah ayah Hearty. Pikirannya kembali ke Hearty. Ia tak dapat menekuk lehernya untuk menoleh ke kiri ataupun kanan. Matanya terarah ke atas. Sendirian di ruang bercat putih itu.

Saat membuka matanya, Heart mendapati tangan kanannya diinfus. Di sebelahnya seorang perawat yang sedang mengganti perban pasien lain. Ia membuka mulutnya "Senseless mana suster?" Suster menoleh dan tersenyum lembut. "Teman mbak di ruang ICU, beberapa tulang belakang retak dan butuh perawatan intensif"
Hearty mengedipkan matanya berkali kali. Ia merasakan air mata mengalir namun pipinya tidak basah. Ia ingin bangkit namun suster melarangnya, tetap Hearty berkeras bangkit dan wajah memohonnya membuat suster iba.

Dengan sebuah kursi roda, Hearty merasakan kakinya ngilu. Tidak patah, hanya beberapa sendi terkilir dan lulutnya lemas. Kecelakan bus tersebut sungguh hebat. dan sekarang ia hanya ingin bertemu Senseless. Sesampainya di ruangan khusus, Hearty mencium bau alkohol yang keras dan suara samar pendingin ruangan. Ia melihat Senseless membuka matanya, berkedip beberapa kali dan Hearty mendekat, tidak menyentuh, hanya mendekat.

Hearty membuka mulutnya dan berkata "...................................."


-----------------bersambung----------------------

No comments:

Post a Comment