Tuesday 4 May 2010

saya hendak mencakup sedikit cerita

dari sebelah kamar kost saya, ada seorang perantau asal Madura, namanya Ahmad.
Perawakannya tinggi, tidak terlihat seperti orang Madura namun ketika bergaul dengannya lebih dari tiga bulan, kalian akan tau betapa darah Madura yang petualang mengalir di tubuhnya.
Orang tua Ahmad adalah pengusaha besi tua di kampungnya, sukses menyekolahkan delapan kakak Ahmad hingga perguruan tingga bahkan dua di antaranya meraih gelar Master dari Malaysia.

Ahmad orangnya sederhana, sukanya bermain dengan wanita. Kebetulan kost-an saya adalah tempat yang cukup bebas sehingga saya sering melihat teman-teman seatap saya membawa perempuan-perempuan yang silih berganti setiap minggunya. Ahmad termasuk yang sering berganti teman perempuan. Setiap saya tanya, Ahmad selalu menyebut nama yang berbeda.

Suatu pagi selepas seorang perempuan keluar kamarnya, saya berbincang ringan:
"Siapa Mat? Anak hukum bukan sih itu?"
"Yoi, Erin.. abis ngerjain makalah kasus pidana, ehm ketiduran dikamar gua, yaudah, sekalian" Saya lihat Ahmad tersenyum khas seperti sebelum-sebelumnya setiap dia habis didatangi tamu.

Nyaris tiap dua hari sekali petugas laundry keberatan membawa sprei kotor Ahmad karena memang dalam tempo secepat itu Ahmad mengganti sprei-nya; dua hari sekali. Saya hanya tersenyum membayangkan kejadian yang mungkin terjadi di kamar seluas tiga kali tiga meter itu. Ahmad terkadang menawarka teman perempuannya sama saya, tapi karena teringat Asri di kampung, saya menolak mentah-mentah tawaran Ahmad.

Ahmad pernah mengingatkan "Allah itu kasih kita otak yang cerdas untuk berpiki dan berusaha.."
dan saya selalu meyahut "dan Allah kasih kita hati untuk merasa, Mat.bukan hanya ngikutin nafsu"
"Gua heran sama elu, pinter tapi bego. Dengan IP segitu dan prestasi kuliah yang bagus, sebenernya lo bisa aja dapet smua mahasiswi di kampus kita. Tapi kadang lu aja yang kelewat alim, sampe-sampe ada cewek gua yang bilang elu gay." Ahmad bercerita hebat setelah semalaman hingga pukul 11 pagi baru keluar kamar. Masalahnya saya bukan gay, bukan juga tipikal pria setia. Asri di kampung juga pasti pernah sesekali berselingkuh. Saya juga demikian, dengan Anita.

Anita dan saya memilki keterkaitan tertentu yang membuat kami nyambung. Kalo kalian lihat Anita, kalian pasti naksir dia. Cantik cerdas dan menyenangkan, jadi jelas saya mau menjalin hubungan teman dekat dengan Anita. Sialnya, hasrat seks saya tidak seberani Ahmad, padahal Ibu saya mengajarkan untuk menjajaki setiap wanita, secara fisik dan mental, tapi tetep aja saya nggak mau.

Rasanya masih ada banyak cari yang menyenangkan untuk 'menjajaki' wanita.
Seperti saya dan Anita, kami banyak bicara tentang hal-hal yang diluar nalar. Imajinasi dan mimpi. Kadang terdengar kekanak-kanakan, aneh dan gila. Tapi kami menikmatinya, saya rasa lebih nikmat dari malam-malam Ahmad bersama temang-teman perempuannya, bahkan lebih nikmat dari masa bercinta saya dengan Asri.

Kembali ke Ahmad. Dia adalah satu satunya mahasiswa luar daerah yang bisa mempertahankan IPK 4,0 dari awal semester hingga saat mau lulus. Beberapa dosen memperebutkannya sebagai asisten namun kampus sudah keburu mrekrutnya menjadi asisten Kepala Bagian Akademis kampus. Ahmad memang cerdas dan menarik bagi setiap insan akademia.

Pacar-pacar resminya adalah teman-teman baik saya, mereka semua begitu kagum pada Ahmad, sekaligus dendam ke ubun-ubun karena perlakuan Ahmad yang seenak jidat. Saya hanya bisa menggelengkan kepala saat para mahasiswi dari berbagai jurusan itu menceritakan kisah Ahmad dengan mereka. Paling tidak, saya adalah pendengar yang baik, teman yang baik dan partisipan semi-ereaktif yang empati pada cerita setiap wanita.

Kalau saya ceritakan ulang kisah perempuan itu ke Ahmad, dia cuma membalas dengan "perempuan manja, gimana nggak mau gua putusin kalo untuk menjaga rahasia aja mereka nggak bisa?"
Ahmad mungkin lupa kalau perempuan itu lelembut yang berbentuk manusia. Sekali mencakar bekasnya bisa bertahan lama, kalau menangis sedunya bisa menyayat jiwa, kalau marah wajahnya bisa merona dan kalau bahagia semua orang terkena dampaknya.

wanita.

No comments:

Post a Comment