Friday 2 July 2010

Pertemuan Si Hearty dan Si Senseless (10)

Dengan sebuah kursi roda, Hearty merasakan kakinya ngilu. Tidak patah, hanya beberapa sendi terkilir dan lulutnya lemas. Kecelakan bus tersebut sungguh hebat. dan sekarang ia hanya ingin bertemu Senseless. Sesampainya di ruangan khusus, Hearty mencium bau alkohol yang keras dan suara samar pendingin ruangan. Ia melihat Senseless membuka matanya, berkedip beberapa kali dan Hearty mendekat, tidak menyentuh, hanya mendekat.
Hearty membuka mulutnya dan berkata "terima kasih Senseless.."

Senseless membuka matanya, tidak bisa menggerakkan kepala namun matanya berkedip-kedip, melirik ke arah Hearty dan membuka mulutnya tanpa suara. Ia membisu. Hearty meneruskan ceritanya.
"Senseless, sebenernya aku suka sama kamu. penasaran, kamu itu kenapa sih dingin banget? Waktu Ibu cerita soal ayahku, mama sebut nama kamu..ternyata Ayah itu selingkuhannya mamamu ya?"

Senseless memejamkan matanya ingin tidur, namun telinganya terus bekerja menyimak pembicaraan Hearty yang bernarasi panjang, seperti biasa, hobinya adalah bicara dan bercerita.
Ia mengurai kenangan tentang Mamanya dan Pakde Jumirin. Hearty terus bercerita dan semakin lama, pilihan kata Hearty semakin menusuk telinga dan hatinya.

"Senseless, kan nggak ada salahnya kalo kita memaafkan dan menjalin lagi silaturahmi dengan orang yang masih kerabat kita. Coba deh kamu pikir, kita kan berarti saudara sepupu. Batal deh aku suka sama kamu, tapi meskipun gitu, aku mau kita baik-baik aja. Aku mau ajak kamu ketemu sama Ayah, aku mau denger cerita dia tentang kita berdua.."

Seketika perawat masuk ruangan tersebut bersama dokter.
"Selamat siang, Anda keluarga Tuan Senseless?"
"Iya, dok. Bagaimana keadaan sepupu saya?"
Senseless menyimak baik-baik percakapan Hearty dengan dokter di sebelahnya. meskipun matanya tertutup, telinganya bekerja keras menangkap maksud dari dokter. Pita suaranya rusak. Senseless divonis tidak dapat bersuara hingga beberapa minggu. Ia tersentak namun enggan membuka matanya. Dapat dirasakannya Hearty sedang menangis dan terus bertanya pada dokter tentang bagaimana perkembangan kesehatannya.

Dokter menyatakan Senseless baru bisa kembali ke rumah dua sampai tiga hari lagi. Selanjutnya ketika Senseless membuka kelopak mata, dilihatnya Hearty didorong oleh perawat keluar kamar. Ia membuka mulutnya namun tidak mengeluarkan suara, "Hearty"

Hearty menatap kosong lantai koridor rumah sakit menuju ke ruangannya. "Orang kantor dan Ibu pasti sudah dikasih tau sama rumah sakit" batinnya berkata, "kira-kira apa reaksi Ibu kali tau aku kecelakaan sama Senseless? Apa Ibu akan benci sama Senseless ya. Aduh, rasanya ingin segera pulang dan merawat Senseless"

"Nona Hearty, ini ada tamu" perawat masuk sambil mengiringi rombongan teman kantor dan Ibunya ke dalam kamar. Hearty tersenyum simpul dan pelukan Ibu begitu hangat di tubuhnya. Ia menahan tangis dan mendengar Ibu menggumam "cah ayu, cepet sembuh ya, sing sabar, ndhok"
"Ibu, tolong liat Senseless" Hearty berbicara pelan tanpa terdengar kawan-kawan lainnya. Sesaat kemudian Hearty sudah mulai tersenyum dan larut dalam perbincangan bersama karib seruangannya di kantor. Mereka menceritakan rencana pembukaan cabang di Maluku dan Hearty kemungkinan akan dapat promosi kesana. Senyumnya kian berkembang ketika ada yang mengatakan bahwa Senseless juga akan dapat promosi ke Maluku. Ia tidak peduli posisi apa yang akan ia atau Senseless dapatkan, namun senyumannya itu desebabkan semangat yang begitu besar dari teman-temannya.

"Kalian tau nggak sih kalo gua lumpuh??" Hearty berkata selepas sebuah tawa ringan.


---------------------bersambung------------------------

No comments:

Post a Comment