Tuesday 10 May 2011

di antaranya

"i need to move, if you can't then let's just call it quit" Langgar membereskan kertas-kertas ujian di meja kecil di kostan-nya. Delia menatap kosong pada layar laptop Langgar di lantai. Angin pelan dari kipas angin di pojok ruangan meniup-niup rambu bagian depannya yang berantakan. Ini permintaan yang cukup berat, sudah setengah tahun lebih mereka berbagi barang haram, lalu sekarang Langgar mengajaknya berhenti dengan ancaman putus. Delia merasa bimbang dan ragu pada dirinya sendiri, antara akan kehilangan seorang Langgar yang selalu menemaninya dan membantu dalam berbagai hal, atau kehilangan kebiasaan buruknya memakai narkoba dan ketakutannya akan rasa sakit yang tak tertahankan. Rasa takutnya menjadi berlebih lebih saat Langgar bilang akan berjuang mati-matian berhenti menjadi pemadat.


"aku juga mau coba, tapi aku nggak mau lagi pacaran sama kamu kalo gitu"
"nggak masalah, selamat berjuang, you are free now" logat jawa Langgar tidak membuat Delia tergelitik sedikitpun. Ia melihat dari sudut matanya Langgar hampir selesai dengan kertas-kertas dan sebentar lagi akan mematikan laptopnya lalu menuju kampus. Iapun membereskan dirinya, memungut batang rokok yang masih utuh yang berserakan di dekat sofa lalu pergi mendahului Langgar. Sama sekali tidak ada rasa heran dalam dirinya tentang sikap Langgar yang begitu dingin dan angkuh, tidak seperti Bram, adik Langgar yang baru dikenalnya sebulan lalu.


SEBULAN LALU
"aku nggak percaya Mas Langgar punya pacar kayak kamu, pasti kamu cuma asisten dia di kampus toh?"
"Serius, kami memang baru pacaran sebentar, tapi udah kenal lama. dan aku nggak tau Langgar punya adik kayak kamu" Delia membalas bau alkohol dari mulut Bram dengan kepulan asap rokok dari bibirnya yang merekah. Mereka larut dalam pesta kampus itu dan Bram mulai tertarik dengan Delia. Menurut Delia, Bram hangat dan ramah, tidak seperti Langgar yang dingin dan kaku.


"kalo memang Mas Langgar pacarmu, kutunggu kalian putus supaya aku bisa deketin kamu" Bram membukakan pintu mobil untuk Delia. Senyuman penuh arti Delia mengakhiri pertemuan mereka dan Bram segera kembali ke klub untuk mengembalikan  mobil pinjaman itu dan lekas pulang untuk ketemu Langgar di kost-an. "aku kasian sama dia, sepertinya butuh banyak dukungan akademis di kampus" Langgar mengklarifikasi kedekatannya dengan Delia. "dia ngganggep kamu pacarnya lho mas, nggak lebih kasian kalo dia jadi nggak bisa pacaran betulan karo sopo wae sing bener-bener seneng?" Bram berkata ke arah punggung Langgar yang saat itu sedang menyetrika baju dan dirinya sedang membereskan tumpukan DVD di kamar sempit mereka. "bukan salahku, tho, aku nggak pernah ngejak pacaran" Bram hanya menggeleng menyerah atas sikap kakaknya.

No comments:

Post a Comment