Sunday 1 May 2011

maintaining the relevant subordinate

"Remember to shut down the main switchboard and take a really good look at the weakest beep, understood?"
Aku memastikan Louis memahami sirkulasi pergerakan paralel waktu yang akan kami mainkan. Aku akan kembali lagi untuk ketiga kalinya. Eksperimen berbahaya ini benar-benar menantang dan aku harus menyelesaikannya.
"Every life cycle in this paralleled time machine could risk the main person's life himself. Professor Dwight is a kind of risky person in this particular experiment" aku mendengar Albert menjabarkan sistem kerja kami dari luar laboratorium isolasi. Aku mendengar juga salah satu mahasiswanya menanyakan umurku dan Albert dengan lantang meralat perkenalannya tentang namaku, "sorry, forgot to introduce you properly, the youngest Professor of Sylar Laboratory, Irwin Dwight" aku bisa merasakan mahasiswa-mahasiswi itu ber-whoo ria mendengar namaku disebutkan dan prestasiku dijabarkan. Namun aku memilih fokus pada return ketigaku. Kali ini targetku adalah 3x lipat dari sebelumnya.

"This time, Professor Dwight will go back to his 3 hours ago time and improve some kind of situation there, which in this particular, is the number of Starbucks visitor in his visit. He has to live the paralleled scheme of time, and live those time frame effectively and continuously"
"So Professor, basically, this is like cloning of individual in different world, I mean, different time frame in his life" salah satu mahasiswa Asia mengacungkan tangannya menanyakan validitas konklusinya.
"Exactly, the risk that we have to take is, because it's a parallel time frame, the 'player' there, we call them so, has to be monitored very carefully through that huge coordinate board. My friend Louis, has to shut down every time frame that has the biggest possibility to crash another time frame"
"Professor, what will happen if those frames crashed?" pertanyaan mengerikan itu akhirnya keluar juga.
"The main character will lost in time translation. He will be confused of which frame he really belongs to, this could affect the motor nerve and of course, nothing and no one can settle which time frame he'll be in, virtually. In other words, this can cause him to death." Semuanya diam, bertepatan dengan gerak telunjuk Louis pada tombol "send" di papan ketiknya.

Aku masuk lagi, cuaca yang sama, orang-orang yang sama, toko yang sama. Aku melihat 2 orang masuk ke dalam toko kopi terbesar di dunia tersebut. Mataku mengarah pada personil toko yang terpeleset dan pasangan yang sedang bertengkar di pojok ruangan. Aku melangkah masuk, melakukan tugasku, dan menggagalkan kecelakaan pada barista malang tersebut. Ia melengang keluar toko dan mendekati pasangan yang tengah rumit bertengkar. Aku melanjutkan misiku, dalam 30 menit, akan ada aku dari bingkai waktu sebelumnya. Tiba-tiba jantungku berdegup kencang dan bicara dalam hati berharap Louis mendengarnya. Aku berharap ia mengerti koordinat mana yang pertama dan yang kedua untuk dimatikan.


10 menit berlalu, aku merasakan hawa di toko kopi semakin tidak segar. Bau kopinya menyengat, dan untuk pertama kalinya aku tidak menyukai bau kopi. 20 menit lagi Louis harus mematikan koordinat sebelumku, dan aku menyesal tidak menciptakan terlebih dahulu alat komunikasi antar bingkai waktu paralel. Aku hanya bisa duduk diam menunggu di kursi dekat jendela. Sambil memperrhatikan progress misiku, aku merasakan detik jarum jam di pergelangan kiriku bergerak mendesak. Tiba-tiba semua gelap.



"What just happened was, Louis sent back Professor Dwight to our time frame, the real one. He will write report based on Professor Dwight experience and analyse what could be improved."
"Are you gonna send him back again?"
"Basically, until our client satisfied with our report. Practically, until we profound relevant result for our research" Albert menjelaskan kalimat terahkir dengan ragu-ragu. Aku mengusap kepalaku bagian belakang dan meminum segelas air putih yang disodorkan Louis padaku. Aku merunut sandi pengembalian dan membiarkan Louis mempersiapkan peralatan laporannya.

"To what extent Professor, you guys are insisting to resend the player over and over again?"Aku ingin berteriak menjawab pertanyaan itu. Sayangnya, Albert sudah menjawabnya secara ilmiah, "scientifically, we don't tolerate any failures of invention in form of statement. We stand upon consistency and we work to possible the impossible"


"Bullshit" aku berbisik pelan mendengarnya. Louis hanya menggeleng sambil tersenyum melihat ekspresiku. Ia tau persis betapa aku sebenarnya tidak suka program ini. Maksudku, ayolah, kau meresikokan hidup seseorang untuk mengetahui strategi bisnis. Mereka tidak lagi percaya pada riset dan statistik, mereka menginginkan eksperimen mempermainkan waktu dan memaralel waktu hidup manusia. "I really will find the anti-matter to this theory and implementation, Louis." Aku mengubah posisi duduk dan tersenyum pada gemrombolan mahasiswa Albert yang mulai beranjak dari muka laboratorium eksperimen kami. Aku minta waktu 15 menit sebelum mengajak Louis memanipulasi laporanku. "These guys should really realise that we play the machine, unlike the other way around" lalu aku dan Louis tertawa bersama-sama.

No comments:

Post a Comment