Sunday 11 March 2012

sejengkal malam dan sebersit pikiran

Saya jarang ngobrol dari hati ke hati sama Ditri. Malam ini lain, seperti terjebak di dalam kotak hampa udara, saya dan Ditri dipaksa mengeluarkan apa yang ada di pikiran kita selama kami hidup.

"aku nggak ngerti kenapa air mata itu diasosiasikan dengan kesedihan, atau emosi lainnya. Padahal secara ilmiah kan penjelasannya logis bahwa itu reaksi alami tubuh" 
"Kiara, kamu sekali-kali harus pake sudut pandang lain kalo mau coba mendeskripsikan sesuatu. Beberapa hal ilmiah dan fenomena jenius di bumi ini ada kaitannya dengan perasaan dan hati lho. Nggak semuanya yang ilmiah dan logis itu nggak punya nilai estetika"

Lalu saya diam, bermain dengan pikiran saya sendiri. Mencoba sesekali masuk ke otak Ditri dalam kotak hampa udara itu, bukan mencoba membaca, hanya menikmati sudut pandangnya dalam menganalisa hidup. Saya gagal. Nggak bisa nafas, dan akhirnya tenggelam dalam imajinasi kami masing-masing. Ironi hingga terbit pagi.

No comments:

Post a Comment