Thursday 27 March 2014

Belajar Dari Bunglon

So sick of quoting life wisdoms. I read them too often, bahkan saking seringnya, gue sampe nyinyirin semua quotes tentang hidup.

Hidup dan bersosialisasi itu ibarat survival method-nya bunglon. Dia berhasil bertahan dari buruan musuhnya karena dia bisa beradaptasi melalui perubahan warna kulit di tempat dimana dia berada; kayu, rumput, tanah, dsb.

Sekilas sepicik mirip kayak "muka dua" yah, alias gak punya jati diri. Menurut gue mah sebaliknya; jati dirinya adalah easy going dan adaptable. 

Nggak banyak orang yang punya skill nge-bunglon. Menurut gue orang-orang ini ya berprinsip "gue ya gue, gak mau pretend jadi apa yang bukan gue". Padahal ada juga kelebihan dan keuntungannya mudah dan MAU beradaptasi; more friends, more things to kearn and more experiences.


Bukan salah juga sih kalo ada orang yang berpendapat karakter bunglon itu plin-plan dan suka menjilat supaya aman dan bisa diterima. Mereka juga memilih "mending gua gak banyak temen tapi sedikit temen yang beneran temen itu terima gue apa adanya", again, bukan hal yang salah, ya itu pilihan mereka untuk menjadi seorang individu yang determinan dan karakternya teguh.


Tapi gue justru berpendapat sebaliknya; karakter bunglon adalah kelebihan yang gak bisa dimiliki banyak orang. Then at some point, they survive better and longer in any more difficult circumstances.


So, dari sekarang gue pengen lebih banyak introspeksi diri dan belajar dari karakter bunglon. Bukan sebagai muka dua, penjilat atau gak berkarakter, melainkan sebagai individu yang adaptable, sabar dan memahami potensi diri untuk berada di lingkungan sosial yang bervariasi.


Kamu gimana?

No comments:

Post a Comment