Monday 2 November 2009

Pertemuan si Hearty dan si Senseless (5)

Sesaat matanya menangkap bayangan Senseless bergerak, konstan membuka headphone dan bangkit dari tempat duduk. Hearty tidak menoleh, hanya mengiringi bangkitnya Senseless ke bagian depan bus, lalu bayangannya tak lagi terlihat lewat kaca jendela itu.

"Mau kemana tuh anak?" Hearty melongok mengikuti langkah kaki Senseless mendekati supir. Terlihat olehnya Senseless berbicara agak serius dengan kondektur dan supir sampai beberapa saat kemudian, bus memasuki SPBU. Anehnya, bus tersebut tidak mengisi bahan bakar, melainkan hanya parkir di dekat pintu keluar dan Senseless menunjuk ke belakang ke arah Hearty.

Lalu Senseless turun sambil menyulut rokoknya. Ternyata ia ingin ke toilet. Hearty hanya menggelengkan kepala karena dalam otaknya kini bercampur rasa kesal, bingung dan penasaran terhadap tingkah laku Senseless. Hearty bangkit dan mendekati sang supir.

Hearty: mau kemana katanya pak?
Supir: lha, dia bukan suamimu mbak?
Hearty: hah? suami?
Supir: iya, tadi mas itu bilang mau beli pembalut untuk mbak, karena mbak mendadak datang bulan. jadi saya terpaksa berhenti di sini.
Hearty: ooh...

Hanya tiga huruf yang bisa terucap dari bibir mungil Hearty. Tangannya mengepal namun keningnya berkerut. Ia menangkap Senseless kembali dari toilet sambil memadamkan rokoknya. Hearty segera kembali ke kursi belakang sambil menahan marah dan rasa bingung. Ia menyiapkan serentetang pertanyaan yang diharapnya tidak akan direspon dingin oleh Senseless.

"Dari mana kamu?" Hearty bertanya dingin
"Toilet. pipis" Senseless menjawab santai
"Kenapa nggak disini aja? Tuh ada toilet!" Hearty menunjuk dengan matanya
"Pengen sekalian ngerokok."
"Kenapa nggak ngajak aku?"
"Kenapa harus ngajak kamu?"
"Karena aku juga mau ngerokok." Hearty mulai jengkel
"Ya kenapa nggak keluar aja sendiri pas bus berhenti.?"
"Mana aku tau kalo busnya mau berhenti?"
"Ya waktu berhenti harusnya kamu langsung keluar lah. refleks dong!"

Hearty kehabisan pertanyaan, namun dilanjutkannya dengan "tadi ngomong apa sama supirnya?"
Senseless memasang headphone-nya kembali dan larut dalam alunan lagu sambil memejamkan matanya.
Di benakknya terismpan banyak jawaban untuk tiap pertanyaan Hearty. Diketahuinya Hearty adalah salah satu karyawan teladan dengan sejuta temang di kantor. Hal yang paling menonjol dari Hearty adalah keberaniannya. Ia selalu dipuji atas keberaniannya menyuarakan ide yang bagus dan menarik bagi siapa saja, kecuali dirinya.

Menurut Senseless, Hearty hanyalah gadis dengan seribu kekurangan yang berhasil membawa dirinya tertutupi oleh sejuta kelebihan. Namun bagi Senseless, tetap saja Hearty itu lemah dan terlalu rapuh. Bagusnya wajah ceria selalu menghiasi hari-harinya, karena Senseless yakin, tanpa satu sentimeter senyum di wajah Hearty, kerapuhan hatinya akan lebih menonjol daripada dinginnya sikap Senseless.

Lima belas menit berlalu, Hearty sudah mengalihkan pandangan kembali ke kaca jendela sementara Senseless benar benar telah lelap dalam tidurnya. Perjalanan lumayan jauh ini mulai terasa menjengkelkan bagi Hearty, namun ia memilih sabar dan cenderung memikirkan hal-hal seru sesampainya di kota tujuan. Ia membayangkan saat-saat menyenangkan selepas tugas dan bersantai di hotel murah yang telah disiapkan oleh kepala cabang. Pikirannya melayang saat tiba-tiba cengkraman kuat terasa di bahu kirinya. Hearty menoleh dan dilihatnya Senseless.......................................................................

-----bersambung-------

No comments:

Post a Comment