Tuesday 28 September 2010

beberapa faktor

yang terpikirkan oleh saya tentang kenapa saya tidak percaya pada pernikahan dan lebih suka pacaran. satu di antaranya adalah keadaan orang tua yang tidak harmonis. sepanjang saya hidup bersama mereka, saya tidak pernah, sorry, mau kapital dlu ya.. SAYA TIDAK PERNAH melihat mereka bermesraan. hal yang diperburuk dengan beberapa kali saya melihat gambaran sosial tentang suami istri ideal yang saling berkomunikasi dengan baik. tidak lupa ajaran agama yang diterapkan kepada saya melalui litaratur dan sumberlain bahwa ternyata hubungan suami istri tidaklah seperti yang orang tua saya tunjukkan. bukan salah dari seorang atau keduanya. saya merasa mereka adalah orang tua yang SANGAT BAIK, namun bukan pasangan suami istri yang baik. saya juga pernah dengar percakapan seorang teman:
n: orang tua gua bercerai, tapi gua nggak takut sama pernikahan, justru gua tertantang untuk membentuk pernikahan yang lebih baik.
m: iya, sempit ya pikiran orang-orang yang anti sama pernikahan cuma karena liat satu kasus pernikahan gagal aja.
saya tersenyum miris. mungkin saya termasuk salah satu yang berpikiran sempit tersebut. saya tidak mau membantah kali ini. saya bahas saja faktor selanjutnya.


saya tidak menemukan serunya melayani seseorang sepenuh hati dan dikomplain atas hal hal yang tidak bisa saya atasi tanpa menimbang apa yang mungkin bisa saya lakukan. yaa, another person said: "kalo nggak mau dikritik, ya diem aja, jangan gerak, jangan ngomong, jangan ngapa-ngapain". saya suka dikritik,tetapi bukan atas suatu hal yang saya tidak bisa tanpa saya tidak memprotes juga atas apa yang saya tidak dapat. kenapa komplain? saya sekolah tinggi, bekerja dengan yaaahh,,,lumayan,, tapi saya tidak menemukan esensi melabuhkan semua itu untuk sebuah rumah tangga yang ayolah.....
(asli, ini perasaan angkuhnya nggak bisa dideskripsikan melalu tulisan. damn damn!!!)

saya kira saya baik-baik saja hidup sendirian. bukan saya tidak mau punya anak. saya suka sekali anak kecil, saangaaat suka. tapi itu bisa saya resikokan bukan untuk menikah. nanti mungkin. karena tanpa siapa-siapa, kemungkinan akan terluka adalah lebih kecil daripada hidup dengan siapa saja yang bisa melakukan kontak langsung terhadap hidup saya (suami).

SUATU HARI NANTI, kalau saya harus menikah, itu lantaran agama saja. semata-mata lillahi ta'ala.

No comments:

Post a Comment