Saturday 5 December 2009

tiba-tiba nggak nafsu nulis (lagi)

Dear Fathur,

Aku udah nggak nangis lagi tiga hari ini. Saat nulis surat ini pun aku nggak nangis sama sekali.


Mungkin egois kalo aku minta kamu telpon aku tiap malem.

Mungkin egois kalo aku minta kamu ke Belanda tiap tahun.

Mungkin egois kalo aku mau kamu selalu perhatian sama aku.

Mungkin egois kalo aku mau kamu selalu bales email aku.

Mungkin egois kalo aku marah tiap kamu lagi sibuk.

Mungkin egois kalo aku cemburu sama rekan kerja kamu.

Mungkin egois kalo aku menculik waktu kamu dari keluargamu.

Mungkin egois kalo kuganggu tidurmu dengan kata “I miss you”.

Mungkin masih banyak egoku yg lain, yang aku mngkin lupa, atau kamu yang lupa.


Tapi ada hal yang mungkin nggak terlintas di otakmu:


Bahwa aku pengen denger suaramu tiap sebelum tidur, meski cuma satu menit.

Bahwa aku pengen ketemu kamu disini, tunjukkan k tman-temanku ttg kamu.

Bahwa aku pengen perhatiin kamu tiap saat.

Bahwa aku pengen slalu ada namamu di inbox emailku.

Bahwa aku mau jadi bagian dari kesibukanmu.

Bahwa aku nggak mau kehilangan kamu.

Bahwa aku selalu mau di deket kamu, peluk kamu.

Bahwa aku mau denger kata “I miss you” dr mulutmu.

Dan lainnya yang menurutmu kekanak-kanakan dan berlebihan.


Andai kita tetap bisa berbagi perasaan dan hasrat yang sama tentang makna sebuah hubungan. Andai aku bisa paham dunia kerja kamu. Andai kamu tau lingkungan kampusku. Andai kita bisa terus merasakan yang selalu buat kita merasa dekat dan saling memiliki. Dan andai-andai lainnya yang nggak akan kamu ngerti bahkan ketika aku udah coba jelasin dengan berbagai bahasa.


Nggak banyak lagi yang mau aku tulis..

kita putus aja ya.

too much this way.



Salam Hormat selalu,



Jennie



PS: aku nggak perlu embel-embel makasih atas tiga tahun ini dan bla bla bla yang biasa disebutin orang ketika dia putus dengan pasangannya. take care.

1 comment:

  1. keren nih phel... nice! gue suka nii.. like this lah. :)

    ReplyDelete