Friday 15 July 2011

berselang lima tahun

12 Februari 2012

Sirene keras memekakkan telingaku di terminal 2E Bandara Soekarno Hatta. Serentetan mobil tentara dan beberapa motor bersirene melintasi jalanan tempatku akan menyebrang bersama dua koper raksasa. Aku dan kepulanganku ke tanah air rasanya cukup kaget menerima sambutan seperti ini. Pasalnya aku berharap orang tuaku akan menjemputku, atau adikku paling tidak.

Tiba-tiba seorang anggota militer berbadan tegap turun dari motornya dan menghampiriku.
"Permisi, Selamat Siang, maaf meganggu" Aku mengangguk membaca badge "tentara nasional Indonesia, angkatan laut" di sekitar dada dan bahunya.
"Anda dari mana?"
"Saya dari London, baru pulang Pak"
"Bisa tolong tunjukkan paspor dan dokumen visa Anda?"
"VISA ke Inggris pak? kan udah nggak dipake, paspor aja ya" aku mengeluarkan paspor dari ranselku, menyerahkan padanya dan memperhatikan mimik wajahnya yang serius. Mungkin aku pernah ketemu dengan dia sebelumnya, agak familiar.

Dia mengembalikan pasporku dan tersenyum kecil "terima kasih" ia hendak beranjak pergi ketika aku agak berteriak kepadanya "maksud Bapak apa ya?"
"Maaf, bagaimana?" ia kurang mendengar pertanyaanku. Setelah aku ulang, ia terdiam. Ia menengok kiri kanan seperti meyakinkan tidak ada yang melihatnya sebelum kembali menatapku dan berkata "saya mau kenalan sama kamu"
Mataku membelalak. Aku diam meremas pasporku dan setelah beberapa detik, aku bertanya "Bapak makai wewenang Bapak sebagai petugas cuma untuk kepentingan pribadi Bapak?"
Ia mendelik, tersenyum kecil dan mendekatkan wajahnya ke saya "saya pernah begini sebelumnya, tapi gagal waktu itu. Kali ini saya berhasil ya," ia menjulurkan tangannya dan "Dwingga"
Aku refleks membalas salaman dan menyebutkan namaku "Jane" lalu Dwingga pergi meninggalkanku terpaku.



***

25 Agustus 2006

Aku meluncur agak cepat di jalur kiri jalanan, menggunakan mobil Papa. Sekelibat ada lampu biru kelap kelip dari motor petugas lalu lintas di belakang saya. Betul, nggak lama kemudian motor besar tersebut sudah di samping saya, mengisyaratkan untuk menepi.
"Selamat malam, bisa lihat kelengkapan surat-suratnya?"
Aku panik sejenak karena merasa tidak melakukan salah apapun, aku patuh marka dan rambu. Kukeluarkan SIM dan STNK lalu kuserahkan padanya. Ia melirikku bergantian melihatku dan SIMku.
"Baik, terima kasih, selamat jalan kembali, hati-hati" aku pun mengembalikan surat-surat itu lalu melajukan lagi mobilku.



***
10 Juni 2012

"aku nggak tau bakal ketemu kamu lagi disini. sekarang apa pangkatmu?" pertanyaan itu berkembang menjadi percakapan panjang selama dua jam. Setelah nggak ketemu Dwingga selama lima tahun, aku benar benar meluapkan rasa penasaranku terhadap motif dan modusnya. Dia naksir mobil Papaku, enam tahun lalu. Dia pikir aku sindikat pencurian kendaraaan bermotor. Lalu dia naksir namaku, dia mengingat alamatku lewat SIM dan menguntitku sampai aku pergi ke Inggris untuk mengambil spesialis.
"aku kesulitan nemuin jadwal penerbanganmu pulang pas liburan, tapi aku nggak boleh gagal nemuin jadwal penerbangan pulangmu setelah lulus" Dwingga mengiris daging asapnya sambil bercerita dengan antusias bagaimana ia mencari tau tentangku selama ini.



***
13 Desember 2012

"Mau nggak nikah sama aku?" Hari ini adikku wisuda dan kami sedang merayakan dengan teman teman Papa. Dwingga melamarku di lantai atas dengan background riuh tawa dari taman bawah. Adikku sendiri senyum-senyum melihatku tersipu.


***

No comments:

Post a Comment