Wednesday 11 August 2021

Salam dariku yang suka meneliti rasa...

 dan mendalami setiap kata.

Ada beberapa jam di hidupku yang habis kugunakan memikirkan hal yang tidak pernah ada, tapi kupikir akan ada karena mungkin rasanya bisa, dan ternyata tetap tidak ada. Yang menyadarkanku adalah kenyataan bahwa setiap ungkapan di tengah malam hanya bisa didengar oleh Sang Pencipta. 


Termasuk namamu.

Yang aku langitkan di sekian banyak malam, dalam bentuk keluhan maupun luapan rasa rindu. Kamu. hal yang belum aku jumpai tapi kuyakini akan segera hadir di hadapanku, menggugurkan setiap mimpi yang ternyata terbukti, dan mengungkapkan harapan yang bisa tewujud, serta menunaikan janji yang selama ini mengimingi.


Iya, kamu.

Yang aku bayangkan mendekapku saat kamu butuh, yang aku bayangkan memelukku saat aku butuh. Yang tanpa sepatah kata harus keluar dari mulutku untuk paham apa itu rindu, dan yang tanpa banyak gerakan untuk tau bagaimana menghalau keresahan.


Kamu. Dan tatapanmu yang sering kupertanyakan, dan senyumanmu yang sering jadi misteri. Ada satu Minggu dimana aku berhenti berkhayal dan menebak isi pikiranmu. Ada satu Senin dimana aku berharap semua ini mimpi dan aku melanjutkan hidup lagi. Ada satu Selasa dimana hadirmu di depanku seperti sebuah harapan baru. Ada satu Rabu dimana kita saling bicara tanpa tertawa. Ada satu Kamis dimana amarahmu dan amarahku bertemu tanpa menyakiti. Ada satu Jumat dimana doaku dan doamu mungkin bertemu saling menyapa. Ada satu Sabtu dimana kamu mengakhiri lelahmu dengan hidupmu dan memulai lelah baru dengan aku.


Kamu. Dan rasa penat yang sering kau ingkari, atau sekedar kau bungkus dengan ikhlas lillahi. Kamu dan setiap akhir harimu yang terpejam tak sengaja. Kamu dan tengah malam demi malam yang sunyi kecuali suara alam. Kamu dan tangisanmu yang tidak terdengar makhluk kasat mata. Kamu dan ketakutanmu akan kejutan hidup berikutnya. Dan kamu, dengan selirik doa panjang, yang cuma Tuhan bisa mendengar atau memahami.


Kamu. Dan semua luka di hati atau pikiranmu, yang membuatmu begitu rapuh tapi terbungkus angkuh. Kamu dan keraguanmu akan hal yang mungkin bisa menyerangmu. Kamu dan semua keputusan setengahmu karena didasari cemburu atau trauma masa lalu. Kamu dan ucapanmu dimana sembilan belas orang paham tapi tetap tak membalasmu.


Salam dariku, yang suka meneliti rasa dan mendalami setiap kata.