Monday 1 November 2010

empty morning

"where on earth is that number?!" aku menyeruak dari selimut dan mengobrak-abrik laci lemari mungil di sebelah kasurku mencari selembar tissue sisa semalam. Sehabis pesta pembukaan gedung kantor baru saya, kami berkenalan, kalau tidak salah, namanya Mike. Kami mabuk berat dan saya benar-benar tertarik dengan yang satu ini. Dia adalah arsitek dan semalam ia menceritakan imajinasi gedung kampusnya di atas ranjang saat kami selesai bercinta.

Sekarang ia sudah pergi dan saya ingat benar ia menggambarkan logo perusahaannya berserta nomer ponsel di tissue itu. Saya panik dan takut kehilangan jejak, meskipun sebenarnya saya bisa saja melacak identitas Mike lewat daftar hadir tamu semalam. Tapi tidak lagi semudah itu karena bagian resepsionis adalah seorang cewek yang selalu melirik sinis terhadap boots baru saya dan selalu meniru gaya pemakaian scarf kantor saya. Namanya Lusi, dan dia adalah satu-satunya resepsionis yang tidak pernah saya sukai di antara rekannya yang lain. Tingkahnya aneh dan selalu kasar pada saya. Memang salah saya kalau ternyata dia putus dengan pacarnya yang ternyata seorang gay? Oke, memang pasangan gay-nya adalah adik saya. Tetap bukan salah saya! Saya sendiri bukan lesbian, dan saya tidak pernah mengintimidasi dia dengan status pekerjaan kami. Dia sendiri yang menjaraki kami dengan kesinisannya.

Saya memincingkan mata saya ke bawah lampu meja dan mengangkat tinggi-tinggi lampu itu. Yes! ini dia; "Maryland Design, Co" see? namanya Michael Thompson, "creativity is what you aim, not what you use" -Mike, 345 3221
Saya segera men-dial nomer tersebut tanpa berpikir dua kali.
"Mike, hey, it's me, Natasha from Berkeley, we met...."
"Hey Nat, could I call you back later, I'm with my mom at the moment..sorry" Mike menghapus senyum manis di wajah saya dan saya merasakan kening ini berkerut, "yeah, this is my cell, anytime.." saya tidak menunggu jawaban untuk menutup panggilan itu.

Setelah melempar diri kembali ke atas kasur, saya ingat namanya bukan Mike. Saya kembali bangkit dan mencari nomer lainnya di sekitar kasur. nihil. Saya menghela nafas dan bangkit menuju dapur, mungkin setangkup sandwich bisa menenangkan pikiran dan perut saya. Dan tebak apa yang saya temukan di bawah termos kopi? MIKE - 997 7665

This time can't be wrong! Saya duduk kembali ke kursi di bar setelah berhasil meraih telepon di sebelah mesin pencuci piring. Saya memutar otak mengingat Mike yang ini, dia tidak menuliskan nama perusahaannya, tidak juga menuliskan identitas lain kecuali nomer telepon ini. "Shit! I hate it when I'm too drunk to remember!"

Saya menjambak rambut bagian kanan kepala dan mengetuk-ngetuk pada cangkir kopi sambil terus mempersiapkan alibi untuk menelpon Mike yang ini. "Hello, Mr Hatshworth's office" sekretaris sial, kenapa dia yang angkat?
"Miss, excuse me, I thought this was Mike's cell..." saya mencoba menjelaskan dengan tenang dan dia memotong dengan "you were then being diverted to his office, how may I help you Miss?"
"Have you got any idea when he'll be back there?"
"Mr Hatsworth's here, Miss, he has a meeting. Would you like to leave a message?" suaranya terdengar profesional dan dingin
"Yes, tell him Nat called please, and give him my number 989 5665. thanks" saya lagi-lagi menutup telepon tanpa adab dan menghempaskan telepon itu ke sebelah termos kopi. "was it really Mike?" saya bergumam pada diri saya sendiri.

Cangkir kopi di hadapan saya seperti meledek saya dan saya mendentingkan tatakannya dengan lembut setelah menyeruput habis isinya. Sandwich saya masih utuh, dengan mentimun, selada segar, telur dadar dan ham hangat. Saya tidak nafsu makan.

1 comment:

  1. keren banget pel..
    ini karangan lo?
    berbakat skalii..
    >,<

    ReplyDelete